TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jangan Salah Sangka, Ini 5 Ciri Kritik Membangun

Jangan asal menyalahkan, harus objektif

Pexels.com/Jopwell

Ada banyak cara dalam mengembangkan sikap dan kepribadian ke arah yang lebih profesional. Salah satunya ialah dengan mendengarkan kritik membangun, dan memandangnya sebagai alat penting untuk pertumbuhan pribadi dan profesional.

Kritik membangun adalah bentuk feedback yang dirancang untuk membantu individu meningkatkan keterampilan, kinerja, atau perilaku.

Tidak seperti kritik destruktif, yang berfokus pada aspek negatif dari tindakan seseorang, kritik membangun memberikan nasihat spesifik dan dapat ditindaklanjuti yang dapat membantu individu membuat perubahan positif.

Namun, memberikan kritik yang membangun tidak selalu mudah. Ini membutuhkan kebijaksanaan, empati, dan kemauan untuk terlibat dalam komunikasi dua arah.

Artikel ini akan membahas lima ciri penting dari kritik membangun yang dapat membantu kamu memberikan umpan balik dengan cara yang membangun, menghargai, dan mendukung.

1. Berfokus pada perilaku atau kinerja

ilustrasi kritik membangun yang berfokus pada kinerja (pexels.com/fauxels)

Kritik yang membangun berfokus pada perilaku atau kinerja individu daripada kepribadian atau karakter mereka. Ini berarti bahwa umpan balik diberikan pada apa yang telah dilakukan seseorang atau bagaimana kinerja mereka, bukan siapa mereka sebagai pribadi.

Misalnya, alih-alih mengatakan "kamu malas", contoh kritik membangun adalah "kamu melewatkan tenggat waktu untuk proyek ini, dapatkah kamu menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana kamu berencana untuk supaya tidak telat kembali di kemudian hari?"

Dengan berfokus pada perilaku atau kinerja memudahkan individu untuk menerima kritik dan menggunakannya secara konstruktif. Ini juga membantu untuk memastikan bahwa umpan balik yang diberikan objektif dan berdasarkan tindakan atau perilaku tertentu.

2. Memberikan umpan balik spesifik yang dapat ditindaklanjuti

ilustrasi kritik membangun yang spesifik (pexels.com/Moose Photos)

Kritik konstruktif bersifat spesifik dan memberikan umpan balik yang dapat ditindaklanjuti. Ini berarti umpan balik terperinci dan menjelaskan dengan jelas apa yang perlu diperbaiki dan bagaimana hal itu dapat diperbaiki.

Misalnya, alih-alih mengatakan "kamu harus lebih terorganisir", kritik yang membangun akan mengubahnya menjadi "kamu melewatkan beberapa detail penting dalam laporan kamu, dapatkah kamu meluangkan waktu untuk membuat checklist atau mengatur catatan kamu untuk menghindari melewatkan detail penting di masa mendatang?"

Memberikan umpan balik yang spesifik dan dapat ditindaklanjuti membantu individu memahami apa yang perlu mereka tingkatkan, dan bagaimana mereka dapat meningkatkannya.

Ini juga memastikan bahwa umpan balik bersifat praktis dan dapat dicapai, sehingga memudahkan individu untuk menerapkan perubahan.

3. Mempertahankan nada positif dan mendukung

ilustrasi umpan balik yang disampaikan dengan nada positif (pexels.com/Antoni Shkraba)

Kritik yang membangun mempertahankan nada yang positif dan mendukung. Ini berarti bahwa umpan balik diberikan dengan cara yang penuh hormat, mendorong, dan rasa empati.

Misalnya, alih-alih mengatakan "laporan ini buruk", kritik yang konstruktif adalah "menurut saya laporan ini memiliki potensi besar, tetapi ada beberapa area yang dapat diperbaiki. Dapatkah kita membahas beberapa cara untuk melakukan perbaikan tersebut bersama-sama?"

Mempertahankan nada positif dan suportif membantu individu merasa nyaman dan termotivasi untuk melakukan perubahan. Hal ini juga memastikan bahwa umpan balik diterima dengan cara yang konstruktif dan bermanfaat, bukannya mendemotivasi atau mengecilkan hati.

4. Mendorong komunikasi dua arah

ilustrasi komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa (pexels.com/RODNAE Productions)

Kritik yang membangun selalu mendorong komunikasi dua arah. Ini berarti umpan balik diberikan dengan cara yang memungkinkan individu untuk mengajukan pertanyaan, membagikan pemikiran mereka, dan memberikan perspektif mereka.

Misalnya, alih-alih hanya memberikan umpan balik pada laporan, kritik konstruktif akan menanyakan pendapat individu tentang pekerjaan mereka sendiri, tantangan apa yang mereka hadapi, dan apa yang menurut mereka dapat ditingkatkan.

Mendorong komunikasi dua arah membantu individu merasa didengarkan dan dimengerti. Ini juga membantu memastikan bahwa umpan balik diterima dengan cara yang konstruktif dan bermanfaat, bukan konfrontatif atau sepihak.

Baca Juga: 5 Tanda Sikap Open Minded Berubah Jadi Keras Kepala, Gak Terima Kritik

Baca Juga: 5 Ciri Kritik Positif, Bisa Jadi Bahan Introspeksi Diri

Verified Writer

Yohan

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya