TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nyiramkeun Pusaka Kerajaan Talaga Manggung, Awal Mula Islam di Majalengka

Acara diisi kirab budaya dan lomba Tumpeng

IDN Times/Andra Adyatama

Majalengka, IDN Times - Ribuan warga Majalengka dan sekitarnya menghadiri acara "Nyiramkeun Pusaka" Kerajaan Talaga Manggung di Museum Talaga Manggung Desa Talaga Wetan Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka, Senin hingga Selasa (14-15/10).

1. Benda pusaka dicuci dengan 9 mata air

IDN Times/Andra Adyatama

Panitia acara dari Keluarga besar Kerajaan Talaga Manggung Iman Firmansyah mengatakan acara ini intinya kita ingin mendekatkan silaturahmi dengan semua keturunan Talaga dan melestarikan warisan leluhur kita.

Iman mengatakan acara Nyiramkeun diawali dengan mengambil air dari 9 mata air yang terdapat di bekas wilayah Kerajaan Talaga Manggung.

Merawat dan menjaga kearifan lokal yang dimiliki Talaga Manggung harus terus digelorakan agar warisan sejarah di masa lalu itu menjadi nilai penting bagi generasi kini.

Dijelaskan Dia, upaya pelestarian dan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal tersebut harus dimanifestasikan dalam wujud apresiasi dan kegiatan positif dalam memahami makna tersebut. Pihaknya terus berupaya mengangkat aset budaya yang mampu menggerakkan nilai-nilai kesejarahan dan mengangkat pula warisan leluhur yang adiluhung.

“Setelah menggelar kirab, rencana besok, akan berlangsung tradisi nyiramkeun. Generasi muda sekarang ini, menjadi generasi pewaris sejarah,” katanya.

2. Senin, diyakini sebagai hari masuknya Islam ke Talaga

IDN Times/Andra Adyatama

Menurutnya Nyiramkeun merupakan kegiatan membersihkan artefak peninggalan Kerajaan Talaga Manggung yang disimpan oleh keturunannya dengan air tumbukan bunga Mayang yang disimpan dalam sebuah bejana besar dan biasa dilakukan pada hari Senin sebelum tanggal 20 bulan Safar.

"Masuk islamnya Raden Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umun terjadi di hari Senin bulan Safar dan meninggalnya Sunan Talaga Manggung pun terjadi di hari Senin bulan Safar," ujarnya.

3. Pengambilan air dilakukan bulan Safar

IDN Times/Andra Adyatama

Ritual Nyiramkeun ini, menurutnya dimulai dengan mengambil air dengan wadah dari bambu kuning ke sembilan sumber mata air yang dianggap keramat yaitu air dari Gunung Bitung, Situ Sangiang, Cikiray, Wanaperih, Lemahabang, Regasari dan Cicamas, dan Nunuk.

"Pengambilan air dilakukan oleh sesepuh atau tokoh adat pada awal bulan Safar, Bambu Kuning berisi air kemudian dibawa ke Museum Talaga Manggung untuk disatukan ke dalam satu kendi, kemudian dibacakan doa secara Islam," jelasnya.

Dalam ritual Nyiramkeun air dari bambu kuning itu menurutnya disiramkan ke benda-benda pusaka, dimulai dari menyiramkan air ke arca Raden Panglurah, arca Simbar Kancana, pedang, gong dan benda pusaka lainnya.

Baca Juga: Festival Al-Mizan Angkat Potensi Wisata Budaya dan Religi Majalengka

Baca Juga: Ribuan Warga Ikuti Acara Nyiramkeun Pusaka Kerajaan Talaga Manggung

Berita Terkini Lainnya