Pendanaan Jadi Tantangan Pembangunan Proyek Smart City di Indonesia

21 Okt 2025, 05:00 WIB

Azzis Zulkhairil

ilustrasi smart city (commons.wikimedia.org/Armin Ademovic)

Intinya sih...

Diplomasi digital dilakukan untuk mendukung program Smart City di Indonesia
Proyek MBG diperkenalkan ke negara lain, termasuk Rusia dan PBB
Smart City Indonesia menghadapi tantangan pendanaan jangka panjang dan akses terhadap teknologi mutakhir

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Ketua Komite Aset Digital Kadin Indonesia sekaligus Ketua Asosiasi Provider Smart City Indonesia (APSCI), Raine Renaldi, baru saja melakukan pertemuan dengan dengan Under Secretary of State Ministry of Digital Affairs Polandia, Rafal Rosinski di ajang GITEX Global 2025.

Dalam pertemuan itu, Kementerian Digital Polandia menyatakan kesiapannya untuk mendukung program Smart City di Indonesia.

"Polandia siap bersinergi dengan Indonesia,” ujar Rafal Rosinski dalam pertemua Gitex Global 2025, yang di sebutkan Raine Renaldi saat si wawancara di Bandung, Senin (20/10/2025).

1. Diplomasi digital turut dilakukan

Ilustrasi Konsep Smart City (msn.com/Yanita Petriella)

Raine menyampaikan, Rafal Rosinski sempat memuji Paviliun Indonesia yang ada Di Osaka dalam ajang Smart City Expo di Jepang yang berlangsung beberapa waktu lalu. Hal itu diklaim berhasil menimbulkan ketertarikan dari pihak Polandia sejak awal terhadap proyek smart city di indonesia.

Menurutnya, kerja sama internasional di bidang digitalisasi kota bukan sekadar proyek teknis, tetapi bentuk nyata dari diplomasi ekonomi dan teknologi antar negara.

"Ini bagian dari diplomasi digital. Kolaborasi seperti ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat pembangunan kota cerdas sekaligus memperkuat posisi kita dalam jaringan ekonomi digital global," katanya.

2. Proyek MBG turut diperkenalkan ke negara lainnya

Ilustrasi MBG ya g dibagikan pemerintah. (Dok. Istimewa)

Selain Polandia, Raine dijadwalkan bertemu dengan sejumlah tokoh penting dunia, termasuk Sergey Cheremin, Menteri dari Pemerintahan Moscow, Rusia, dan Magan Naido, Chief Data Officer dari World Food Programme (PBB).

Hanya saja, pertemuan bilateral dengan pihak Rusia harus dibatalkan karena kendala teknis dan padatnya jadwal forum internasional tersebut. Dalam pertemuannya dengan pihak PBB, Raine memaparkan program MBG (Makan Bergizi Gratis) yang tengah dijalankan di Indonesia.

"Pihak PBB tertarik untuk berbagi pengalaman mengenai standar data transfer dan standarisasi produk makanan dalam program bantuan global," kata Raine.

PBB, melalui World Food Programme, juga menyoroti potensi kolaborasi dalam penyusunan standar interoperabilitas data dan logistik digital untuk mendukung program pangan berbasis data yang efisien dan transparan.

3. Smart City Indonesia hadapi tantangan pendanaan dan teknologi

Ilustrasi teknologi Virtual Reality (VR). (www.pexels.com/Bradley Hook)

Dalam berbagai sesi diskusi di GITEX Global, Raine mengungkapkan bahwa tantangan utama pengembangan smart city di Indonesia saat ini adalah pendanaan jangka panjang dan kesiapan infrastruktur teknologi.

"Banyak daerah sudah memiliki visi kota cerdas, tapi masih terbentur pada dua hal: pendanaan dan akses terhadap teknologi mutakhir. Karena itu, kolaborasi internasional seperti ini menjadi sangat strategis," ungkapnya.

Sebagai perwakilan ASPCI (Asosiasi Provider Smart City Indonesia), Raine menegaskan akan segera menindaklanjuti hasil pembicaraan bilateral setelah kembali ke Tanah Air, termasuk rencana kerja sama teknis dengan pihak Polandia dan PBB.

"Kami akan menindaklanjuti kesepahaman ini segera setelah kembali ke Indonesia. Fokusnya pada pembiayaan proyek Smart City dan integrasi sistem data antar instansi," kata dia.