Sejumlah siswa mengambil menu makan bergizi gratis (IDN Times/Inin Nastain)
Dalam kesempatan itu, Trenggono juga menyinggung soal stabilitas harga ikan. Ia menegaskan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga stabilitas harga tersebut.
"Distribusi yang memadai, yang pertama itu. Sekarang kan banyak sekali penumpukan di pusat produsen. Sementara distribusinya tuh hanya di satu titik, misalanya di Muara Baru. Ke depan, kami akan kembangkan juga, langsung ke sentra-sentra konsumen. Ini yang sedang kami pelajari, salah satunya," tuturnya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga dinilai Trenggono bisa menjaga stabilitas harga. Dengan kebutuhan ikan yang cukup besar, Trenggono optimistis permintaan ikan akan lebih tinggi.
"Lalu yang kedua kan ada badan gizi. Badan gizi akan membangun sekitar 30 ribu dapur. Satu dapur akan melayani 3000 siswa," tuturnya.
"Jadi kalau kita bicara kebutuhan protein, yang paling murah, yang proteinnya paling tinggi itu dari ikan dibandingkan dengan hewan. Kalau daging, misalanya, banyak impor ya. Kemudian ternak juga sama," ujarnya.
Ia menegaskan, dalam praktiknya nanti kebutuhan ikan untuk program tersebut tidak harus dalam bentuk ikan. Nantinya, kata dia, bisa juga dalam bentuk olahan.
"Tetapi kemudian kalau ikan kami bisa olah. Tidak harus dalam bentuk ikan gitu, tapi kami bisa olah menjadi produk olahan ikan yang bagus, yang nilai proteinnya ada Omega 3, Omega 6, untuk kepentingan protein nasional," tuturnya.