Calon Pahlawan Nasional, Ini Sosok KH Abdul Chalim di Mata Cucunya

Abah Chalim ajarksn keturunannya untuk tak mudah menyerah

Majalengka, IDN Times- KH. Abdul Chalim, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) asal Kabupaten Majalengka, menjadi salah satu tokoh yang akan dianugerahi pahlawan nasional pada peringatan Hari Pahlawan mendatang yang jatuh pada 10 November 2023, di Istana Negara Jakarta.

KH Abdul Chalim, jadi satu-satunya tokoh asal Jawa Barat yang akan mendapatkan penghargaan tersebut.

Di kalangan masyarakat Majalengka, almarhum dikenal juga dengan sebutan Abdul Chalim Leuwimunding. Panggilan itu disebabkan ia llahir dan meninggal di Desa/Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka. 

Selain itu, penyebutan Leuwimunding di akhir nama juga diduga kuat untuk membedakan dengan ulama asal Majalengka lainnya, yang lebih dulu mendapatkan gelar pahlawan nasional. Sebelumnya, tokoh Persatuan Umat Islam (PUI) yakni KH Abdul Halim, telah dianugerahi pahlawan nasional pada zaman Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Abah emang seorang pejuang. Dia tanpa lelah berjuang ke mana-mana. Dia sederhana orangnya," kata salah satu cucu Abah Chalim Ade Toyibah, saat berbincang dengan wartawan melalui sambungan telepon, Kamis (9/11/2023).

1. Usulan pahlawan nasional sempat mandek

Calon Pahlawan Nasional, Ini Sosok KH Abdul Chalim di Mata Cucunyavecteezy.com

Perjalanan Abah Chalim mendapat anugerah pahlawan nasional terbilang cukup panjang. Sebelum akhirnya 'di-acc' proses pengajuan KH. Abdul Chalim Leuwimunding jadi pahlawan nasional pada tahun ini sempat terhenti.

"Kalau sebenarnya mah sudah dari dulu diajukan (jadi pahlawan nasional), tapi ya sudah, mandek," kata Ida.

Proses pengajuan pahlawan nasional untuk Abah Chalim kembali dilakukan beberapa waktu lalu. Setelah sempat mandek, tahun ini akhirnya pemerintah menyepakati usulan tersebut.

"Kebetulan karena ini putranya yang bungsu, yang sekarang dominan itu, ya itu. Yang bekerja siang-malam. Paman saya (Prof KH Asep Saifuddin Chalim) itu," kata dia.

2. Mendirikan banyak sekolah

Calon Pahlawan Nasional, Ini Sosok KH Abdul Chalim di Mata CucunyaInstagram Amanatul Ummah/ Ponpes Amanatul Ummah 2

Dalam perjalanannya, lanjut dia, Abah Chalim kerap melakukan perjalanan ke berbagai daerah. Diawali perjalanan ke Surabaya pada 1914, Abah Chalim melanjutkan perjalanan ke sejumlah daerah lainnya seperti Semarang. 

"Tahun 14 (1914) ke Surabaya, di sana beberapa tahun. Terus pindah ke Semarang. Di Semarang juga perjuangannya banyak," kata dia. 

Di setiap tempat yang disinggahinya, kata Ade, Abah Chalim senantiasa meninggalkan jejak berupa lembaga pendidikan. Terakhir, Abah Chalim mendirikan pesantren di desa kelahirannya, Desa Leuwimunding.

"Pasti mendirikan sekolah. Di Semarang mendirikan sekolah, di Cirebon mengadakan sekolah. Terakhir, karena memang orang-orang mengatakan 'Chalim, hanya kamu yang belum mendirikan pesantren, yang punya lembaga.' jadi akhirnya yang terakhir ya di kelahiran sendiri," kata dia.

Dalam perjalanannya, Abah Chalim lebih lama mengisi hari-harinya di Surabaya. "Sebenarnya beliau itu lamanya ya di Jawa Timur," ujar dia.

Di Kabupaten Majalengka, tepatnya di Desa Leuwimunding, Kecamatan Leuwimunding berdiri Pondok Pesantren Amanatul Ummah 02, yang saat ini diasuh oleh Prof KH Asep Saifuddin Chalim. Di ponpes ini, pada Juni lalu dihelat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) yang dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, di antaranya Menkopolhukam Mahfud MD

3. Nasihat Abah Chalim untuk anak cucu

Calon Pahlawan Nasional, Ini Sosok KH Abdul Chalim di Mata CucunyaSederet.com

Sebagai tokoh yang lahir di masa penjajahan, Abah Chalim tumbuh menjadi sosok yang gigih dalam perjuangan kemerdekaan. Bagi Abah Chalim, menjadi seorang pejuang itu harus tuntas.

Jiwa pejuang itu pun diwariskan kepada keturunannya. "Pejuang itu harus ikhlas. Jangan setengah-setengah kalau berjuang. Berjuang, ya terus berjuang, jangan mudah menyerah, pantang mundur. Itu, pemuda (harus) seperti itu," katanya.

Nasihat yang diberikan Abah, kini cukup melekat pada keturunannya. "Jadi anak-anaknya ya rata-rata pekerja keras. Karena dalam dirinya sudah terpatri. Pokoknya jangan gampang frustasi, jangan gampang menyerah," ujar dia.

Ade mengaku, tidak sempat bertemu dengan Abah, namun banyak cerita dan nasihat yang diberikan orangtua, paman, dan uwaknya terkait perjuangan dan nasihat Abah Chalim. 

"Abah meninggal tahun 1972, saya lahir 1974. Jadi gak sempat ketemu," tutur Ade.

Baca Juga: Ulama Jabar Abdul Chalim Resmi Jadi Pahlawan Nasional 

Baca Juga: 10 November Hari Pahlawan: Sejarah, Makna, Tema, dan Logo

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya