Walhi Jabar Sebut Program Peuyeumisasi Sampah Pemkot Bukan Solusi

Kompos yang dihasilkan proyek ini rentan terkontaminsasi

Bandung, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat menilai Program Peuyeumisasi Sampah tidak bisa berdampak banyak terhadap pengurangan sampah di Kota Bandung. Dengan anggaran yang tidak sedikit, Walhi menyebut kegiatan ini bukannya meminimalisir dampak negatif sampah pada lingkungan, justru akan membuang banyak anggaran pemerintah kota Bandung.

Ketua Walhi Jabar Dadan Ramdan mengatakan, sampah yang terkumpul di Bandung setiap harinya mencapai 1.200-1.600 ton per hari. Sedangkan berdasarkan informasi yang didapat, satu mesin yang dipakai untuk Peunyeumisasi hanya mampu menampung satu ton per hari per tempat pemungutan sampah (TPS).

"Ini bisa jadi proyek (korupsi) baru, misal dari 1 mesin Rp200 juta, dikalikan 30 TPS bisa mencapai Rp 6 miliar," ujar Dadan dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (21/3).

1. Ketergantungan atas bio activator menjadi kerugiaan Pemkot Bandung

Walhi Jabar Sebut Program Peuyeumisasi Sampah Pemkot Bukan SolusiIDN Times/Debbie Sutrisno

Walhi juga menyebut, jika program ini berjalan maka Pemkot Bandung sebenarnya dirugikan karena akan ketergantungan atas cairan bio activator yang dimasukan dalam pengolahan tersebut. Terlebih cairan ini diklaim mampu membuat volume sampah menjadi menyusut dan semakin padat. Setelah menyusut, sampah lalu diolah kembali menggunakan mesin hingga berubah jadi bahan bakar padat.

"Kalau sudah jalan kan Pemkot Bandung akan beli terus cairan bakteri itu terus-terusan," ujarnya.

2. Tak memecahkan masalah bahaya sampah

Walhi Jabar Sebut Program Peuyeumisasi Sampah Pemkot Bukan Solusipexels.com

Selain sedikitnya sampah yang bisa diolah oleh mesin ini, pengolahan sampah melalui proses Peuyeumisasi justru tidak bisa memecahkan bahaya sampah yang selama ini berdampak negatif bukan hanya pada lingkungan tapi juga pada masyarakat. Sebab pembakaran antara sampah organik dan nonorganik yang langsung dicampur bisa membuat masyarakat lebih terbiasa tidak memilih sampah.

"Karena dalam Peuyeumisasi ini kan sampah tidak dipilah tapi langsung diproses. Ini bisa mengurangi upaya masyarakat memilah sampah mulai dari rumah tangga," paparnya.

Di sisi lain, mengolah sampah tercampur sangatlah berbahaya karena material dalam jenis sampah lainnya (selain sampah organik) diproduksi dari material berbasis tambang dengan campuran dari berbagai bahan kimia yang mengandung senyawa beracun seperti, logam berat, meliputi beberapa zat berikut arsenik, kromium, tembaga, nikel, selenium, seng, kadmium, timbal dan merkuri.

Selain itu dalam sampah non-organik juga memiliki Polutan Organik Persisten (POPs) yang di dalamnya terdapat phenols and phthalates (terkategori sebagai Senyawa Pengganggu Endokrin), polychlorinated biphenyls (PCBs) yang banyak digunakan dalam pembuatan produk plastik-khususnya untuk produk elektronik.

3. Kompos dari pengolahan sampah ini berpotensi tinggi terkontaminasi

Walhi Jabar Sebut Program Peuyeumisasi Sampah Pemkot Bukan SolusiIDN Times/Musthofa Aldo

Tak hanya itu, Dadan mengatakan, konsekuensi dari mengolah sampah tercampur adalah sebagai berikut:

a. Kompos hasil pengolahan sampah tercampur berpotensi tinggi terkontaminasi bahan beracun dari sampah lainnya, sehingga tidak aman untuk dimanfaatkan untuk tanaman pangan.

b. Sampah lainnya (terutama material yang dapat di daur ulang, seperti plastik, kertas, kardus, dan material lainnya) akan terkontaminasi dan menjadi kotor sehingga material daur ulang tersebut harus melalui tahap pencucian sebelum di daur ulang.

"Hal ini menyebabkan sulit dicapai kondisi daur ulang yang tidak mencemari lingkungan," papar Dadan.

4. Metode peuyeumisasi masih penjajakan

Walhi Jabar Sebut Program Peuyeumisasi Sampah Pemkot Bukan SolusiUnsplash/Hermes Rivera

Persoalan sampah di Kota Bandung masih menjadi salah tugas berat pemeritah di bawah kepemimpinan Wali Kota Oden M danial dan Wakil Wali Kota Yana Mulyana. Terutama jelang berakhirnya masa kontrak kerja sama dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang membuat Pemkot Bandung harus terus berinovasi dalam mengolah sampah. Pemkot Bandung tak henti menjajaki beragam metode pengolahan sampah.

Salah satunya adalah mencoba metode peuyeumisasi Sampah. Yakni pengolahan sampah yang diberi cairan khusus semacam bio activator dan diproses mirip pembuatan makanan khas Sunda 'peuyeum'.

Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Sopyan Hernadi menuturkan, proses peuyeumisasi dengan cairan ‎bio activator membuat volume sampah menjadi menyusut dan semakin padat. Setelah menyusut, sampah lalu diolah kembali menggunakan mesin hingga berubah jadi bahan bakar padat.

"Sampah dikasih semacam bio activator untuk memperlunak fisik sampah ibarat seperti peuyeum. Setelah agak lembut dicampurkan semacam perekat atau agregat, masuk ke mesin bisa menjadi semacam pelet atau briket," kata Sopyan saat meninjau Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Peunyeumisasi Sampah di Jalan Indramayu, beberapa waktu lalu.

5. Metode peuyeumisasi dinilai masih paling efektif

Walhi Jabar Sebut Program Peuyeumisasi Sampah Pemkot Bukan SolusiIDN Times/Humas Bandung

Metode peuyeumisasi merupakan metode paling efektif diterapkan di Kota Bandung. Sebab proses pengolahan tanpa harus memilah terlebih dahulu antara sampah organik dengan nonorganik.

"Peyeumisasi lebih ke mempercepat proses karena sampah tidak hanya organik tapi bisa mix, tercampur tapi tanpa melalui proses pembakaran. Kalau kaya kompos dan biodigester itu khusus organik, jadi harus ada pemilahan," ungkapnya.

Dengan sejumlah keunggulan itulah Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana cukup tertarik dengan metode peuyeumisasi. Terlebih, mengingat karakter sampah di Kota Bandung yang masih tercampur antara organik dan non organik ataupun sampah kering dengan basah.

‎"Kita mau melanjutkan program pengolahan sampah lewat peuyeumisasi. Ini salah satu metode pengolahan sampah," ucap Yana.

6. Sampah hasil Peuyeumisasi memiliki nilai ekonomis

Walhi Jabar Sebut Program Peuyeumisasi Sampah Pemkot Bukan SolusiIDN Times/Yogi Pasha

Ia menyebutkan, proses peuyeumisasi menghasilkan bahan bakar padat berkualitas cukup baik. Bahkan cukup mumpuni untuk penggunaan skala industri.

"Kalau briket bisa dijadikan bahan bakar seperti kompor. Sedangkan pelet bisa untuk bahan bakar pabrik atau pembangkit listrik tenaga uap. Tapi memang lebih dianjurkan agar digunakan untuk mesin besar karena sudah ada teknologi penyaringan uap hasil pembakarannya nanti," tambahnya.

Yana menjelaskan, untuk proses peuyeumisasi memerlukan waktu sekitar lima hari sebelum diproses menjadi bahan bakar. Selama proses itulah sampah berubah semakin lunak secara perlahan.

Baca Juga: Daur Ulang Sampah Nggak Pernah Sekeren Ini, Udah Tau Inovasi Ini

7. Pemkot akan cari metode lain dalam pengolahan sampah di Bandung

Walhi Jabar Sebut Program Peuyeumisasi Sampah Pemkot Bukan SolusiIDN Times/Yogi Pasha

Baca Juga: Setiap Hari, Ratusan Ton Sampah di Karawang Tidak Terangkut ke TPA

Sekalipun kepincut dengan metode peuyeumisasi, namun Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana menyatakan, Pemkot Bandung tetap menjajaki beragam cara pengolahan lainnya. Hal ini sudah menjadi komitmen Pemkot Bandung dalam rangka menanggulangi persoalan sampah.

‎"Sebetulnya kita banyak metode, ada biodigester, komposting. Ini kan salah satu. Pada prinsipnya kita coba terus mana yang lebih baik," katanya.

Baca Juga: Minim Armada Pengangkut, Kabupaten Karawang Darurat Sampah 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya