Tempat Wisata Harus Miliki Tim Rescue Antisipasi Kecelakaan Pengunjung

Jangan sampai ada kecelakaan di tempat wisata

Bandung, IDN Times - Kecelakaan di tempat wisata kerap terjadi. Kondisi kawasan wisata yang sudah tidak baik, atau fasilitas penunjang wisata tak laik digunakan membuat kecelakaan tersebut sulit terhindarkan.

Demi mengantisipasi kecelakaan yang berujung pada kematian, manajemen pengeloa tempat wisata diimbau memiliki tim rescue yang siap siaga ketika terjadi hal tidak diinginkan.

Kepala Basarnas Bandung Jumaril mengatakan, untuk tempat wisata semestinya memiliki tim rescue yang dilatih secara khusus baik oleh SAR atau lembaga lainnya. Tim ini penting karena mereka bisa melakukan tindakan pertama yang harus segera dilakukan ketika terjadi sesuatu baik kepada pengunjung maupun pekerja.

"Saya menyarankan ke teman-teman operator pariwisata agar membentuk semacam satgs atau tim lah yang bisa bergerak cepat. Mereka harus terlatih dan tersertifikasi. Minimal pertolongan dasar mereka punya sertifikatnya," kata Jumaril kerpada IDN Times, Jumat (3/11/2023).

1. Masih minim tempat wisata miliki tim tersebut

Tempat Wisata Harus Miliki Tim Rescue Antisipasi Kecelakaan Pengunjungdok Kantor SAR Bandung

Jumaril menuturkan, saat ini tempat wisata di kawasan Bandung Raya hingga ke arah selatan Jawa Barat terus bermunculan, baik yang ada di dekat perbukitan, tengah kota, hingga ke laut. Namun, dari banyaknya tempat tersebut masih sedikit pengelola pariwisata yang konsen dengan keselamatan pengunjung.

Tak semua tempat wisata punya tim khusus yang tersertifikasi dalam rescue atau penyelamatan orang. Padahal, keberadaan tim atau orang yang tersertifikasi tersebut penting demi menjaga keselamatan nyawa pengunjung dan pekerja lainnya di sana.

"Ya mungkin mereka melakukan pelatihan bekerja sama dengan unsur lain, ya tidak masalah. Yang penting mereka tersertifikasi, artinya memiliki kemampuan pengelolaan dasar apabila terjadi sesuatu yang menimpa," papar Jumaril.

Berdasarkan data SAR Bandung, kecelakaan di tempat wisata memang masih kecil. Untuk tempat wisata di perbukitan bahkan angkanya bisa dihitung jari. Paling banyak kecelakaan wisata adalah pantai di mana pengunjung kurang taat pada rambu-rambu sehingga membahayakan diri sendiri.

2. Rambu di tempat wisata harus diperbanyak dan diperjelas

Tempat Wisata Harus Miliki Tim Rescue Antisipasi Kecelakaan PengunjungIlustrasi korban tenggelam. (Shutterstock)

Hal lain yang harus diperhatikan pengelola pariwisata adalah keberadaan rambu wisata. Jumaril menuturkan, rambu kewaspadaan sangat penting untuk meminimalisir kecelakaan.

Misalnya, ketika di area pantai kerap ada batas tertentu yang tidak bisa dilewati wisatawan karena berbahaya. Rambu-rambu harus di pasang sebelum area tersebut agar pengunjung tidak berada di sana.

Peringatan lainnya seperti batas maksimal orang dalam satu wahana wisata. Untuk sebuah jembatan atau tempat bermain yang harus dilintasi sering kali ada batas beban yang bisa ditahan. Rambu tersebut bisa menuliskan bahwa wahana ini maksimal dilewati atau digunakan berapa orang dengan beban berapa kilogram.

"Kewajiban jaket pelampung, tali pengingat atau alat lainnya juga harus diingatkan kepada wisatawan agar mereka tidak asal menggunakan fasilitas ketika berwisata," paparnya.

3. Pengecekan fasilitas wisata harus dilakukan setiap hari

Tempat Wisata Harus Miliki Tim Rescue Antisipasi Kecelakaan PengunjungGOOGLE

Terkait kewaspadaan bencana, kawasan wisata Rengganing Suspension Bridge dan Glamping Legok Kondang & Lakeside, sudah menerapkannya. Marselinus selaku Public Relation kawasan wisata ini menjelaskan, keamanan wisatawan menjadi nomor satu untuk manajemen pariwisata. Pengunjung merupakan raja yang harus dijaga agar menikmati seluruh wisata secara aman dan nyaman.

Khusus untuk jembatan gantung Rengganis misalnya, setiap hari ada pengecekan dari tim untuk memastikan fasilitas yang ada tidak rusak dan bisa membahayakan wisatan. Kayu yang dipasang dicek satu persatu jikalau ada yang retak atau patah.

Kemudian tali yang digunakan untuk pengunjung pun harus dipastikan tidak ada kerusakan sama sekali. Pengecekan ini penting karena kawasan tersebut sering jadi tujuan utama wisatawan.

"Bukan hanya sebulan sekali kami mengeceknya, tapi setiap minggu, setiap hari, kita cek terus. Kalau ada apa-apa pasti akan kami perbaiki dulu," kata Marselinus.

Memasuki musim penghujan, dia memastikan penggunaan Jembatan Rengganis akan dibatasi. Ketika ada hujan atau angin besar yang diperkirakan bisa membahayakan pengunjung pasti akan ditutup jembatannya. Karena jembatan ini berada di atas ketinggian maka kemungkinan bencana sekecil apapun harus bisa diantisipasi.

Baca Juga: Bey Tegur Biro Umum Imbas Kecelakaan Tukang Masjid Gedung Sate

Baca Juga: Jembatan yang Pecah di The Geong Banyumas Ternyata Pakai Kaca Bekas

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya