Raup Omzet Menggiurkan dengan Menjadi Petani Millennial

Kata siapa jadi petani tidak menguntungkan

Bandung, IDN Times - Menjadi seorang petani saat ini bukan pekerjaan bisa dianggap remeh. Sektor pertanian telah berkembang menjadi ladang menggiurkan bagi para anak muda. Tak sedikit kaum millennial yang berhasil ketika terjun di sektor ini.

Pemerintahan era Jokowi saat ini bahkan telah mengeluarkan program Milenial Agrikultur Project. Staf Khusus Presiden Jokowi, Billy Mambrasar mengatakan, pemerintah sangat memprioritaskan pertanian di Indonesia melalui program tersebut.

"Ketahanan pangan masih menjadi prioritas pemerintah terutama dalam bidang pertanian. Pemerintah bersama Kementerian Pertanian membuat gerakan Milenial Agricultur Project dalam lima tahun ke depan," ujar Billy melalui siaran pers, Sabtu (14/3/2021).

1. Ada empat kelompok yang jadi target pemerintah

Raup Omzet Menggiurkan dengan Menjadi Petani MillennialIlustrasi petani muda. (Dok. Kementan)

Dalam program Milenial Agricultur Project, lanjut Billy, terdapat empat kelompok yang bakal di targetkan oleh pemerintah dan Kementerian Pertanian diantaranya, From Zero to Farmer, From Farmer To Agro Preneur, From Farmer To Technofarmer dan From Agro Preneur To Exporter.

Stafsus millennial yang berasal dari Papua tersebut juga menyebut, pemerintah menargetkan pertumbuhan sekitar 2,5 juta petani millennial baru di seluruh Indonesia untuk meregenerasi petani yang kebanyakan berusia tua.

Namun saat ini pemerintah masih fokus pada cluster From Zero To Farmer. Sasarannya adalah mengumpulkan para millennial yang ingin bergelut di bidang pertanian, memberikan edukasi dan pola pikir agar millennial tertarik untuk bertani serta mengumpulkan 100 ribu petani millennial.

"Hingga kini pertanian masih menjadi fokus pemerintah, karena menjadi program unggulan dan andalan termasuk di daerah-daerah terpencil yaitu termasuk Papua dan Papua Barat," paparnya.

2. Petani milennial bisa manfaatkan pemasaran secara online

Raup Omzet Menggiurkan dengan Menjadi Petani MillennialIDN Times/ Helmi Shemi

Sementara itu, Direktur of Supply Chain TaniHub Sariyo juga mengatakan, tren penjualan produk pertanian seperti sayuran organik saat ini beralih dari luring (offline) ke daring (online). Selama pademik COVID-19, masyarakat pun kian akan kesehatan dengan mengkonsumsi makanan organik.

"Semua jenis sayuran organik sangat bagus, trend di online juga sangat baik, karena saat ini banyak juga orang-orang yang menginginkan sayuran organik," kata Sariyo.

Ia juga mengatakan agar sayuran organik kualitasnya tetap baik, maka para petani harus memperhatikan bagaimana sistem logistiknya dan apakah pengangkutannya benar atau tidak.

3. Bertani tidak mudah, tapi kalau sudah tahu ilmunya bisa untung besar

Raup Omzet Menggiurkan dengan Menjadi Petani MillennialIlustrasi petani muda. (Dok. Kementan)

Salah satu petani muda Sakir Nugraha mengungkapkan, salah satu persoalan anak muda ingin bertani adalah ketersediaan lahan. Selain itu, anak muda yang jadi petani pun harus bisa kuat mental karena dalam usaha ini tidak serta merta bisa langsung menguntungkan dalam satu kali panen.

"Saat ini kekurangannya adalah lahan untuk membuka pertanian, serta keilmuan dalam bertani, kalau belum 3 bulan bercocok tanam selama 3 musim, jangan coba-coba terjun sebagai petani," ungkap Sakir.

Ia membocorkan kalau peghasilannya sebagai petani milenial saat ini bisa mencapai Rp 1,3 miliar selama 2020. Meski demikian, penghasilan ini tak mudah diraih, melainkan melewati jalan panjang dari petani pemula hingga berhasil meraup untung.

"Dalam bertani kita menanam jangan melihat harga market karena kita adalah produsen. Tingkat kegagalan pasti terjadi, walau kita sudah punya ilmunya saja, masih ada kegagalan sekitar 30 persen," pungkasnya.

Baca Juga: Demi Cegah Kerugian, Kementan Ajak Petani Manfaatkan Asuransi 

Baca Juga: Ridwan Kamil Segera Umumkan Anak Muda Lolos Program Petani Millennial

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya