Pemkot Bandung Klaim Tak Ada Lagi Warga yang BAB Sembarangan

Nyatanya masih ada warga buang limbah BAB ke sungai

Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung mengklaim bahwa tidak ada lagi masyarakat yang buang air besar sembarangan (Open Defecation Free/ODF) pada 2022. Capaian ini memperlihatkan bahwa Bandung sudah semakin menjadi kota sehat.

Pelaksana harian (Plh) Kota Bandung Ema Sumarna menuturkan, pada 2015 ODF mencapai 57,59 persen. Setiap tahun meningkat hingga akhirnya pada tahun 2021 mencapai 85,03 persen dan 2022 sudah 100 persen.

Menurut Ema, penyelenggaraan kota sehat telah tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) perubahan Kota Bandung tahun 2025-2023. Tujuannya, membangun masyarakat Kota Bandung yang mandiri dengan jaminan pendidikan, kesehatan dan sosial yang bermutu.

"Sasarannya meningkat derajat kesehatan masyarakat, dengan indikator umur harapan hidup 74,98 persen di tahun 2023," kata Ema.

1. Perbaikan sanitasi terus diupayakan pemerintah daerah

Pemkot Bandung Klaim Tak Ada Lagi Warga yang BAB Sembaranganimpakter.com

Adapun capaian penyelenggaraan sembilan tatanan kota sehat, di antaranya tatanan masyarakat sehat, tatanan pemukiman dan fasilitas, tatanan satuan pendidikan, tatanan perkantoran, tatanan pariwisata, tatanan transportasi dan tertib lalu lintas, tatanan perlindungan sosial dan tatanan penanggulangan bencana.

"Progres capaian ODF (Open Defecation Free) di Kota Bandung sebagai prasyarat utama penyelenggaraan kota sehat. Dari tahun 2015 mencapai 57,59 persen, dengan setiap tahun meningkat. Untuk tahun 2021 mencapai 85,03 persen dan 2022 sudah 100 persen," katanya.

Untuk percepatan akses sanitasi, Pemkot Bandung menghadirkan Perda no.9 tahun 2019 tentang ketertiban umum, ketentraman dan perlindungan masyarakat, termasuk Surat Edaran Wali Kota Bandung tahun 2015 sebagai upaya pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

"Capaian penyelenggaraan sembilan tatanan kota sehat, tatanan satu masyarakat sehat yaitu inovasi Buruan Sae untuk peningkatan gizi. Pada tahun 2020 terdapat 67 kelompok, tahun 2021 sebanyak 190 kelompok, tahun 2022 mencapai 330 kelompok dan tahun 2023 mencapai 460 kelompok," bebernya.

Ia menjelaskan, terkait pemukiman dan fasilitas, Pemkot Bandung berupaya memperbaiki infrastruktur. Seperti membangun kolam retensi, sumur imbuhan dalam, sumur resapan dangkal, hingga drum pori.

"Inovasi tatanan seperti Bang Kasep (Bangga Kagungan Septic Tank). Inovasi pengelolaan kawasan bebas sampah," ujarnya.

2. Masih ada warga buang limbah kotoran langsung ke sungai

Pemkot Bandung Klaim Tak Ada Lagi Warga yang BAB Sembaranganremediesforme.com

Sementara itu, puluhan lubang paralon pembuangan limbah rumah tangga warga di sekitar kawasan Cikaso, Kota Bandung, mengarah ke sungai.

Limbah tersebut bukan hanya sekadar dari air sisa bekas mandi atau cuci piring, melainkan juga limbah kotoran padat dari jamban atau toilet. Tak masuk ke septic tank, kotoran langsung dialirkan ke sungai dari setiap rumah yang ada di pinggir sungai.

Dayat, salah satu warga tangga yang tinggal di kawasan ini mengatakan, limbah kotoran dari rumahnya memang tidak masuk septic tank. Berada di daerah padat penduduk, rumahnya tidak bisa membuat septic tank, karena berdempetan dengan sungai, limbah dari toilet pun seluruhnya langsung dibuang ke aliran air yang berada tepat di depannya.

"Dari dulu memang seperti ini. Bukan cuman rumah saya, banyak rumah yang memang buang kotorannya langsung ke sungai," kata Dayat kepada IDN Times, Jumat (2/6/2023).

3. Tidak ada pilihan untuk pembuangan kotoran

Pemkot Bandung Klaim Tak Ada Lagi Warga yang BAB Sembaranganilustrasi septic tank (freepik.com/brgfx)

Dia mengatakan, karena rumahnya berhadapan dengan sungai, maka sejumlah keluarga memilih membuang limbah langsung ke sungai. Bagaimana lagi, toh lahan dan duit yang mereka punya tidak cukup untuk membangun septic tank.

Untuk ketersediaan toilet komunal, Dayat menyebut memang ada tapi kondisinya tidak nyaman. Hanya ada satu kamar mandi dan satu toilet yang bisa dipakai. Sehingga warga sekitar lebih memilih melakukan aktivitas buang air besar (BAB) di rumah masing-masing.

"Ya karena adanya seperti ini jadi kami manfaatkan saja. Susah juga kalau sekarang harus buat septic tank pas rumah udah ada kan," kata Dayat.

Baca Juga: Jalan Panjang Kelurahan Pajajaran Minimalisir Kotoran BAB Masuk Sungai

Baca Juga: Sensasi Terbakar saat BAB setelah Makan Makanan Pedas, Normalkah?

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya