Ridwan Kamil Usul Luas IKN Nusantara Meniru Washington DC
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil alias Emil mengusulkan luas pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara untuk meniru Washington DC, Amerika Serikat. Ibu kota baru, menurutnya, harus memanfatkan ruang dan tidak asal luas.
Usulan itu disampaikan Emil saat menjadi narasumber secara virtual dalam acara Paradigma Kota dan Arsitektur di Masa Depan, Arsitektur sebagai Artefak Peradaban dalam Perspektif Istana, yang digelar Ikatan Arsitek Indonesia Nasional, Rabu (9/2/2022) malam.
1. Membangun masa depan harus memiliki identitas
Berdasarkan sudut pandangnya, Emil bilang, sebagai arsitek dan urban planner, urusan IKN bukan semata-mata memindahkan dan membangun infrastruktur. IKN adalah membangun masa depan, sehingga semuanya harus diperhitungkan dengan matang.
"Membangun masa depan harus punya identitasnya. Sejarah arsitektur modern kurang lebih mereduksi banyak sekali kearifan-kearifan lokal yang tentunya bisa harus kita carikan definisi-definisi barunya (di IKN)" ucapnya.
2. Lahan pembangunan IKN sangat luas
Hingga saat ini, lahan IKN dalam rencana pengembangannya nanti mencapai 250.000 hektar. Jika IKN didesain sebagai kota yang nyaman ditinggali maka fungsi livability harus dimiliki. Kemudian, kata Emil, paradigma membangun dalam skala besar masih terjadi dalam perencanaan IKN.
"Saya kira boros lahan menjadi sebuah kebiasaan di kita, kalau membangun skala besar itu cenderung suka luas-luasan," ucapnya.
3. IKN bisa menggunakan hitungan luas se Kota Bandung
Emil juga mencontohkan luasan Washington DC yang hanya mencapai 17.000 hektar atau setara dengan luasan Kota Bandung. Dengan luas IKN yang luar biasa itu, ia khawatir masyarakat yang hendak mengakses istana negara mirip dengan memasuki kawasan industri.
"Itu terjadi di Brazilia, itu terjadi di ibu kota Myanmar di mana-mana, berusaha menaklukan tanah seluas-luasnya, lupa bahwa manusia itu punya batas-batas psikologis, batas-batas motoris yang harus disusun," katanya.
4. Momen perpindahan ini sangat bersejarah
Selain itu, Emil juga mencontohkan Dubai yang sukses menjadi kota berasitektur modern, indah, dan inovatif namun tidak nyaman untuk menjalani kehidupan. Dari hal itu, Emil bilang, Dubai menjadi contoh bagaimana penataan ruangnya tidak bisa menyandingkan yang kaya dan miskin karena justru melahirkan ketidakadilan ruang.
"Yang saya khawatirkan di tahap berikutnya dari Ibu Kota Negara ini adalah nanti hanya kumpulan katalog arsitekstur, kumpulan bangunan-bangunan yang dibahas estetikanya, teori-teori bangunannya, tapi tidak membentuk sebuah peradaban kota,"
"Ini momen bersejarah banget gak pernah mungkin akan terulang ya ibu kota dua kali, nggak akan terulang lagi," kata dia.
Baca Juga: Masjid Rancangan Ridwan Kamil di Gaza Mulai Berdiri, Ini Reaksi Warga
Baca Juga: Kasus COVID Melonjak, Pemkot Depok 'Dicolek' Jokowi dan Ridwan Kamil