Holding BUMN Farmasi Segera Luncurkan Produk Baru Tahun Ini

Bakal banyak inovasi yang akan dikeluarkan tahun ini

Bandung, IDN Times - Holding BUMN Farmasi (Biofarma, Kimia Farma dan Indofarma) akan melakukan banyak inovasi pada 2023. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan posisi holding dengan kebutuhan pasar dalam dunia farmasi.

Wakil Direktur Utama PT. Bio Farma, Soleh Ayubi mengatakan, pada tahun 2023, Bio Farma Grup akan melakukan perbaikan fundamental perusahaan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar kesehatan yang berubah diakibatkan oleh perubahan pola konsumsi.

"Perubahan tersebut akan dimulai dari bisnis manufaktur sampai ke ritel dan layanan. Biofarma akan meluncurkan produk-produk baru untuk meningkatkan market share dan juga memperluas cakupan dari layanan dan ritel," kata Soleh melalui keterangan resmi, Rabu (21/6/2023).

1. Masyarakat nantinya dapat pelayanan yang terintegrasi

Holding BUMN Farmasi Segera Luncurkan Produk Baru Tahun IniGedung Kementerian BUMN. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Menurutnya, hal ini juga dilakukan agar dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan akses layanan kesehatan yang terintegrasi. Adapun salah satu strategi untuk mempercepat proses perubahan tersebut adalah dengan diterapkannya skema global partnership.

"Skema itu nantinya akan mempercepat proses riset dan pengembangan produk di Biofarma Grup," ucapnya.

Dengan semua capaian saat ini, Soleh mengatakan, holding BUMN Farmasi mendapatkan kategori Sehat A dengan skor 70 dalam laporan tahunan 2022. Hal itu menunjukkan peringkat kesehatan keuangan holding pelat merah ini.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan holding, kata Soleh, adalah penurunan permintaan vaksin dan alat tes diagnostik COVID-19 sejak pertengahan 2022.

"Dua kategori produk tersebut mendominasi kontribusi penjualan selama beberapa tahun terakhir," katanya.

2. Holding Farmasi sudah berperan saat COVID-19

Holding BUMN Farmasi Segera Luncurkan Produk Baru Tahun Iniilustrasi pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19 (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Soleh menjelaskan, Biofarma sudah berkomitmen menjadi garda terdepan dalam memerangi COVID-19. Salah satu upaya adalah memproduksi vaksin COVID-19 agar terdistribusi secara luas di masyarakat sehingga mempercepat pemulihan.

"Mulai tahun 2022, kami berkonsolidasi untuk mendorong penjualan produk non-COVID agar maksimal dan di tahun ini kami berharap upaya tersebut lebih membuahkan hasil dengan mencetak angka penjualan sebesar Rp18,23 triliun untuk produk non-COVID," ungkapnya.

Dengan mengintegrasikan seluruh kompetensi yang dimiliki, kata Soleh, biofarma tetap optimistis untuk mempersiapkan program-program transformasi sebagai roadmap pengembangan BUMN Farmasi menjadi Leading Life Science Company kelas dunia.

"Meskipun terdapat penurunan kinerja di tahun 2022, apabila aktivitas terkait COVID dikecualikan, kinerja Biofarma tahun 2022 lebih baik dari 2021," kata dia.

3. Laporan keuangan holding Farmasi masuk kategori Sehat A

Holding BUMN Farmasi Segera Luncurkan Produk Baru Tahun IniPT Bio Farma (biofarma.co.id)

Untuk diketahui, secara laporan pembukuan di tahun 2022, laba bersih Bio Farma di tahun 2022 mengalami penurunan 74 persen dibandingkan tahun 2021 atau mencetak laba bersih Rp505,89 miliar. Total EBITDA holding mencapai Rp1,977 triliun turun sebesar 51,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pendapatan PT Biofarma (Persero) secara konsolidasi (holding) mencapai Rp21,539 triliun di tahun 2022 mengalami penurunan 50,4 persen dari tahun 2021. Secara detail hal ini bisa dilihat pada pendapatan Biofarma yang mengalami penurunan 63,6 persen dari tahun 2021 atau mencapai Rp11,026 triliun. Penurunan ini terjadi karena selesainya program vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan.

Kemudian Pendapatan PT Kimia Farma Tbk juga mengalami penurunan 25,3 persen menjadi sebesar Rp9,606 triliun dari tahun sebelumnya.

Perolehan pendapatan yang belum maksimal ini disebabkan belum optimalnya pendapatan e-katalog (seperti produk ARV) serta penurunan pandemi yang berdampak pada pelonggaran syarat perjalanan, membuat pendapatan segmen jasa layanan kesehatan mengalami penurunan.

Pada tahun 2022 pendapatan PT Kimia Farma masih didominasi oleh produk pihak ketiga sebesar Rp8,40 triliun atau 78,7 persen dari total pendapatan. Sementara kontribusi pendapatan dari obat ethical mencapai 36,8 persen atau Rp3,53 triliun; obat OTC 23,2 persen atau Rp2,22 triliun, untuk obat generik 19,1 persen atau Rp1,84 triliun, alat Kesehatan (alkes) dan jasa lab klinik 19,3 persen atau Rp1,85 triliun.

Anak usaha holding yaitu PT Indofarma Tbk (INAF) juga mengalami penurunan 60,6 persen untuk pendapatan sebesar Rp1,144 triliun dari tahun 2021.

Pada tahun 2022, kontribusi pendapatan terbesar INAF berasal dari produk Ethical 46,5 persen, FMCG 37,6 persen, Alkes, & Jasa Klinik 12,2 persen, OTC 2,1 persen dan Vaksin 1,6 persen. Selain itu, pendapatan PT INUKI mencapai Rp11 miliar turun 52,2 persen dari tahun 2021.

Baca Juga: 800 Warga Bandung Ikut Mudik Gratis Bersama Biofarma

Baca Juga: Jokowi Puji Biofarma Masuk 5 Besar Perusahaan Pembuat Vaksin

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya