Kunjungi Pabrik Biochar, Hashim Djojohadikusumo: Dunia Butuh Biochar
Biochar Majalengka siap mengkonversi 30 ribu ton/ tahun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Majalengka, IDN Times- Isu perubahan iklim masih menghantui dunia, dewasa ini. Guna meminimalisir kondisi tersebut, saat ini di-galakan penggunaan produk ramah lingkungan.
Di tengah kondisi itu, di Kabupaten Majalengka berdiri perusahaan yang memproduksi Biochar, yakni PT. Legasi Alam Indonesia (anak perusahaan dari Sawa EcoSolutions yang didirikan pada 2021 lalu). Biochar sendiri adalah bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas.
"Saya sangat senang melihat alat-alat ini. Pak Phil Rickard (CEO dan Pendiri SAWA), Saya sudah kenal sejak lama, dan melakukan terobosan yang luar biasa. Saya sudah tau bahan ini sudah lama. Tetapi setahu saya ini adalah proyek utama yang bisa menghasilkan Biochar dalam jumlah yang besar," kata Ketua Asosiasi Biochar Indonesia Hashim Djojohadikusumo saat peresmian Pabrik Biochar, di kawasan Pabrik Gula (PG) Jatitujuh, Desa Sumber, Kecamatan Jatitujuh, Majalengka, Rabu (24/4/2024).
1. Prospek Biochar SAWA cukup bagus
Hashim menilai, produk Biochar cukup bagus, seiring dengan adanya isu perubahan iklim. Tidak hanya di Indonesia, Biochar juga memiliki prospek yang bagus di dunia.
"Dan Indonesia, sebagai negara bisa dapat penghasilan. Dunia juga menikmati. Karena karbon, ini salah satu karbon yang paling efisien. Untuk mengambil karbon dari udara, kembali ke bumi," kata dia.
Di luar itu, melihat bahan baku Biochar yang ada di PT Legasi Alam Indonesia, Hashim menjelaskan, bisa menyumbang pendapatan bagi para petani. Dijelaskannya, Biochar PT Legasi Alam Indonesia, memanfaatkan limbah yang selama ini tidak memiliki nilai ekonomi okonomis.
"Prospek untuk Indonesia itu bagus sekali, besar sekali. Karena ini mengubah bahan-bahan yang tidak punya nilai, (seperti) sekam, jerami, batok kelapa, ini yang tidak ada (nilai), nanti punya nilai. Karena punya nilai, para petani, para produsen seperti Pabrik Gula, petani tebu mendapatkan tambahan penghasilan," jelas dia.