TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Antisipasi Karhutla, Sekat Bakar di Gunung Ciremai Dibenahi

2019 lalu, kebakaran besar melanda Ciremai

Ilustrasi kawasan Gunung Ciremai

Majalengka, IDN Times - Sejumlah upaya dilakukan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNG) untuk mengantisipasi bencana kebakaran. Pembersihan sekat bakar adalah salah satu upaya yang dilakukan pihak TNGC 

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Majalengka Jaja Suharja mengatakan, pembersihan sekat bakar rencananya akan dilakukan pada akhir bulan ini. 

"Akhir Juni ini kami bikin sekat bakar. Jadi sekat bakar yang sudah ada kami bersihkan. Itu digunakan untuk jalur pendakian juga, lebarnya sekitar 3 sampai 4 meter," kata Jaja

1. Ada penanaman cestrum nocturnum

Jaja menilai, pembuatan sekat bakar hingga saat ini masih cukup efektif. Ia menegaskan, ketika angin tidak terlalu kencang, sekat bakar masih efektif untuk menghentikan kobaran api.

Selain itu, mengantisipasi musibah kebakaran juga dilakukan dengan penanaman tanaman jenis cestrum nocturnum. Dengan kandungan air yang cukup tinggi, tanaman tersebut diharapkan bisa meminimalisir jumlah lahan yang terbakar.

"Ada juga yang menyebutnya sekar malam. Tanaman ini daunnya cukup basah, jadi bisa meredam api," kata dia.

Rencananya, penanam pohon cestrum nocturnum dilakukan pada lahan dengan panjang 12 kilometer. Berdasarkan karakternya, tanaman jenis ini bisa hidup di kawasan TNGC.

"Tanaman ini bisa hidup meskipun di daerah bebatuan. Jadi insyaallah bisa hidup di kawasan TNGC," kata dia.

2. Penanganan kebakaran melibatkan kelompok masyarakat

Dari beberapa kasus kebakaran yang terjadi, kata dia, penanganan dilakukan oleh lintas sektor. Tidak hanya instansi saja, penanganan juga dilakukan oleh kelompok masyarakat. 

Ia menjelaskan, di Kabupaten Majalengka hingga saat ini sudah melibatkan 11 kelompok masyarakat yang memiliki peran penting saat terjadi kebakaran.

"Jadi penanganannya keroyokan, tidak hanya dari TNGC, ada juga dari BPBD, TNI dan Polri. Selain itu, ada juga kelompok masyarakat, namanya masyarakat peduli api. Di Kabupaten Majalengka, tersebar di 22 desa yang memang sebagian wilayahnya masuk TNGC," kata dia.

"Mereka pun sama, keroyokan. Jadi, saat terjadi kebakaran di satu titik, di luar wilayahnya, tetap akan ikut menangani," tutur Jaja.

Ia menjelaskan, kelompok masyarakat itu merupakan tenaga relawan dari masyarakat yang memiliki kepedulian. Namun, dalam hal keterampilan, ada pelatihan yang dilakukan oleh TNGC.

"Mereka ini gak digaji loh, sukarela. Mereka yang tergabung, bukan hanya yang bisa mendaki, tapi juga punya keterampilan. Nah, kami biasa melakukan pelatihan," kata dia.

Berita Terkini Lainnya