TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Program Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bandung Belum Optimal

Banyak hoaks buat masyarakat takut

pixabay

Bandung, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pemkot Bandung telah menjalankan program penyebaran nyamuk Wolbchia. Nyamuk jenis ini diharapkan bisa menggantikan nyamuk Aedes aegypti yang bisa menyebabkan penyakit demam berdarah.

Sayang program yang sudah dijalankan dalam beberapa bulan ke belakang tersebut belum berjalan optimal. Dari target di atas 50 persen jumlah nyamuk tersebar, sekarang baru 19 persen.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, uji coba penyebaran dilakukan di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. Daerah ini dipilih karena menjadi salah satu kawasan terbanyak terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Kalau normal disampaikan tadi enam bulan harus selesai. Tapi karena sempat telurnya tidak banyak jadi nyamuk dewasa, per hari ini masih ada di angka 19 persen. Makanya kita akan tambah lagi telur (nyamuk Wolbachia)," kata Maxi ditemui di Pemkot Bandung, Senin (18/3/2024).

1. Nyamuk Wolbachia harus sampai 60 persen populasi untuk turunkan kasus DBD

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia menuturkan, untuk menurunkan angka kasus DBD penyebaran nyamuk Wolbachia harus mencapai 60 persen. Setelah itu baru bisa dipastikan dampaknya satu hingga dua tahun ke depan.

Namun, berdasarkan penelitian target pemerintah ketika program ini jalan maka akan ada penurunan kasus. Artinya, ketika dalam satu kawasan kerap ada 100 ribu orang dalam satu wilayah hanya ada 10 orang saja yang harus terdampak DBD.

"Dengan anggapan populasi Wolbachia ini bisa menggantikan populasi nyamuk yang lokal. Jadi rate per 100 ribu itu itu hanya ada 10 atau di bawahnya. Itu target kita," ungkapnya.

2. Disinfomasi buat masyarakat ketakutan dititipi telur nyamuk Wolbachia

Ilustrasi pengembangan Nyamuk Wolbachia (IDN Times/Dhana Kencana)

Sementara itu, Ketua Peneliti Wolbachia UGM Adi Utarini menyebut bahwa ketikdaberhasilan Pemkot Bandung dalam menjalankan program ini karena banyak masyarakat yang dititipi ember nyamuk tersebut terdampak disinformasi (hoaks). Kabar palsu tersebut seperti nyamuk Wolbachia yang rekayasa dan berbahaya, hingga nyamuk tersebut bisa berdampak pada penurunan populasi manusia.

Menurutnya, ketika program ini berjalan, banyak 'orang tua asuh' Wolbachia yang kemudian tidak menjaga ember telur nyamuk. Sehingga presentase menetes telur menjadi nyamuk sangat sedikit.

Saat ini setiap warga yang dititipi sudah mendapat edukasi lebih dan siap menjaga ember nyamuk Wolbachia agar bisa menetas dan meningkatkan populasinya dibandingkan nyamuk lokal.

"Ember dititipinnya berjarak 50-75 meter persegi jarak antar ember, jadi dia fungsinya ada fungsi edukasinya tapi juga ada fungsi monitoring embernya," ungkap Adi.

Berita Terkini Lainnya