Program Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bandung Belum Optimal
Banyak hoaks buat masyarakat takut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pemkot Bandung telah menjalankan program penyebaran nyamuk Wolbchia. Nyamuk jenis ini diharapkan bisa menggantikan nyamuk Aedes aegypti yang bisa menyebabkan penyakit demam berdarah.
Sayang program yang sudah dijalankan dalam beberapa bulan ke belakang tersebut belum berjalan optimal. Dari target di atas 50 persen jumlah nyamuk tersebar, sekarang baru 19 persen.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, uji coba penyebaran dilakukan di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. Daerah ini dipilih karena menjadi salah satu kawasan terbanyak terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD).
"Kalau normal disampaikan tadi enam bulan harus selesai. Tapi karena sempat telurnya tidak banyak jadi nyamuk dewasa, per hari ini masih ada di angka 19 persen. Makanya kita akan tambah lagi telur (nyamuk Wolbachia)," kata Maxi ditemui di Pemkot Bandung, Senin (18/3/2024).
1. Nyamuk Wolbachia harus sampai 60 persen populasi untuk turunkan kasus DBD
Dia menuturkan, untuk menurunkan angka kasus DBD penyebaran nyamuk Wolbachia harus mencapai 60 persen. Setelah itu baru bisa dipastikan dampaknya satu hingga dua tahun ke depan.
Namun, berdasarkan penelitian target pemerintah ketika program ini jalan maka akan ada penurunan kasus. Artinya, ketika dalam satu kawasan kerap ada 100 ribu orang dalam satu wilayah hanya ada 10 orang saja yang harus terdampak DBD.
"Dengan anggapan populasi Wolbachia ini bisa menggantikan populasi nyamuk yang lokal. Jadi rate per 100 ribu itu itu hanya ada 10 atau di bawahnya. Itu target kita," ungkapnya.