TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemenperin Dorong  Investasi Sektor Petrokimia: Kebutuhannya Tinggi

Impor bahan kimia masih tinggi dibandingkan ekspor

IDN Times/Istimewa

Bandung, IDN Times - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pertumbuhan investasi di sektor industri petrokomia mulai dari hulu hingga hilir. Musababnya, kebutuhan produk dari industri ini memang tinggi di dalam negeri, tapi jumlah pelaku usaha masih minim sehingga banyak barang yang didatangkan secara impor.

Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin, Putu Nadi Astuti menuturkan, dari angka impor setiap tahunnya terus meningkat. Bahkan nilainnya jika dibandingkan dengan ekspor cukup jauh. Data terakhir pada 2023 jumlah impor bahan kimia lebih dari 25 juta ton, sedangkan angka ekspor sekitar 20 juta ton saja.

"Maka keberadaan industri petrokimia merupakan salah satu pilar industri nasional yang perlu dikembangkan melalui penguatan struktur dari hulu (upstream) hingga produk hilir (consumer goods) untuk memenuhi kebutuhan domestik berupa pangan, sandang dan papan,” kata Putu dalam workshop media Chandra Asri Group yang bertema “Hilirisasi pada Sektor Industri Kimia dan Peran Sektor Infrastruktur sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” di Bandung, Kamis (29/2/2024).

Menurutnya, selama ini industri petrokimia bersama-sama dengan industri logam dan baja sering dijadikan sebagai acuan tingkat kemajuan suatu negara karena merupakan basis bagi industri manufaktur.

1. Jangan biarkan sektor ini tergantung pada impor

Ilustrasi senyawa kimia (pixabay.com/Adrian Malec)

Putu menjelaskan, investasi di sektor petrokomia memang tidak mudah karena membutuhkan waktu panjang dengan pendanaan besar. Besaran uang yang dibutuhkan pun tergantung panjang tidaknya rantai produksi industri tersebut.

Meski demikian, pemenuhan industri petrokomia harus mulai dijalankan. Saat ini pun pemerintah telah menetapkan kebijakan pengembangan industri petrokimia dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015- 2035.

Dia menyebut, salah satu kebutuhan di sektor petrokomia yang menjadi prioritas adalah meningkatkan produk olefin dan poliolefin. Ini merupakan bahan baku plastik yang kebutuhannya besar dan sekarang dipenuhi oleh impor.

Produk petrokimia sebagian telah diproduksi di dalam negeri, tapi belum mencukupi kebutuhan domestik sehingga perlu diimpor
dari berbagai negara yang nilainya lebih dari 9,5 Miliar dolar AS pada
2023 dan akan terus meningkat pada masa yang akan datang.

"Kita banyak impor dari Timur Tengah dan Cina karena pengembangan pabrik petrokimia di sana besar dan bahan bakunya banyak. Ini jadi tantangan untuk pengembangan industri petrokomian di dalam negeri," ujarnya.

2. Siapkan sejumlah langkah tingkatkan produksi bahan kimia

ilustrasi bahan kimia berbahaya (unsplash.com/CDC)

Kemenperin mencatat pertumbuhan industri kimia hulu pada tahun lalu minus 0,98 persen. Pertumbuhan ini turun 1,83 persen dibanding periode sebelumnya. Ada beberapa faktor yang membuat pertumbuhan sektor industri kimia hulu melambat sangat signifikan sejak 2022. Seperti, kenaikan impor produk bahan kimia dan barang kimia jauh melebihi kenaikan ekspor.

Di sisi lain nilai komoditas ekspor industri kimia hulu, seperti produk turunan minyak kelapa sawit mengalami penurunan karena isu geo-politik global. “Utilisasi industri mengalami penurunan karena volume impor bahan dan barang kimia tidak terkendali,” kata Putu.

Guna menggenjot industri kimia hulu, Kemenperin menyiapkan beberapa jurus. Pertama, mendorong realisasi investasi meningkatkan utilisasi industri dan daya saing industri. Kedua, meningkatkan daya saing industri kimia hulu.

Ketiga, meningkatkan akses pasar dan melindungi industri domestik. Keempat, meningkatkan program Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), dan terakhir melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian industri.

Berita Terkini Lainnya