TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Angka Pengangguran Tinggi, Apindo Imbau Mahasiswa Asah Keterampilan

Jangan sampai hanya fokus pada pembelajaran saja

Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu (kanan). IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Lulusan perguruan tinggi diminta tidak terlalu khawatir terkait link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Kendati demikian, saat ini persoalan tersebut masih menjadi tantangan besar yang mesti dihadapi.

Ketua Apindo Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik mengatakan, perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan kurikulum, fasilitas pendidikan, maupun kemampuan pengajar menjadi faktor utama yang menghambat terciptanya sinkronisasi yang baik antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri. Namun, Ning meminta, meskipun menjadi tantangan, hal ini tidak boleh menjadi kekhawatiran berlebihan bagi para lulusan.

“Kita tidak boleh terus-menerus menjadikan ini sebagai perhatian utama yang justru akan membuat para lulusan merasa pesimis setiap kali menghadapi lowongan kerja yang tidak sesuai dengan jurusan mereka,” ujar dalam keterangannya, Jumat (20/9/2024).

1. Penguatan kemitraan bisa jadi solusi perbanyak serapan kerja

Dia menambahkan, meskipun link and match akan tetap menjadi tantangan di masa depan, penting bagi para lulusan dan pencari kerja untuk terus menumbuhkan rasa optimisme. Mereka didorong untuk meningkatkan kapasitas diri dengan menambah pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Ning berharap, penguatan kemitraan antara Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Apindo Jawa Barat akan menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih baik.

"Kami berharap ini dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu meningkatkan keterserapan lulusan di dunia kerja," paparnya.

Apindo, lanjut dia, mendukung program kemitraan yang dijalin antara Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan perusahaan-perusahaan anggota Apindo di wilayah Jawa Barat. Kerja sama ini diharapkan dapat menjadi solusi menghadapi tantangan ketenagakerjaan di Jawa Barat, serta berperan dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan keterserapan lulusan di dunia kerja. Apalagi, kata Ning, kolaborasi ini sejalan dengan visi Apindo untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, kompetitif, dan berkelanjutan.

“SDM yang berkualitas merupakan elemen penting dalam mendorong pertumbuhan dunia usaha dan penciptaan lapangan kerja,” ujar dia.

2. Jabar jadi daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi

Ilustrasi PHK. (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut dia, Jawa Barat saat ini memiliki tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia, dengan jumlah mencapai 1,79 juta orang atau 24,9% dari total pengangguran nasional. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyumbang 29,3 persen dari angka tersebut, sementara lulusan perguruan tinggi berkontribusi sebesar 13,6%.

“Kesenjangan antara suplai dan permintaan tenaga kerja merupakan tantangan yang harus kita atasi bersama,” jelasnya.

Berdasarkan data yang ada, sebanyak 65 persen pemberi kerja mempertimbangkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi Gen Z, sementara satu dari delapan Gen Z mengundurkan diri dalam seminggu pertama bekerja. Selain itu, 41 persen Gen Z dan milenial menyatakan lebih memilih menganggur daripada bekerja di lingkungan yang tidak membuat mereka bahagia. Sebanyak 59 persen Gen Z juga mengaku mengalami gangguan kesehatan mental.

“Fenomena ini perlu menjadi perhatian serius dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dunia usaha,” tambahnya.

Selain itu, Apindo juga terus berupaya meningkatkan kualitas SDM melalui berbagai program, baik melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi maupun penyelenggaraan pelatihan di perusahaan-perusahaan.

Berita Terkini Lainnya