TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ngeri! Pergerakan Tanah di KBB Rusak 10 Rumah dan Satu Sekolah

Warga terdampak diungsikan sementara

(Dok/Istimewa)

Bandung Barat, IDN Times - Peristiwa pergerakan tanah terjadi di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Sebanyak 10 rumah rusak berat, satu sekolah terdampak dan 44 rumah warga lainnya terancam rusak akibat bencana alam tersebut.

Peristiwa pergerakan tanah ini terjadi di Kampung Cigombong, RT 04/13, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga. Kejadian pertama kali diketahui pada 19 Februari 2024, lalu. Tetapi, saat ini pergerakan tanahnya semakin meluas dan membesar sehingga membuat warga khawatir.

"Kejadiannya awalnya itu 19 Februari, tapi sampai sekarang semakin parah. Jadi tanah itu ada yang ambles sampai lebih dari 50 sentimeter," ujar Kepala Desa Cibedug, Engkus Kustendi saat dikonfirmasi, Rabu (28/2/2024).

1. Sedikitnya 10 rumah dan 1 sekolah rusak berat

(Dok/Istimewa)

Engkus membeberkan, 10 rumah yang mengalami kerusakan akibat pergerakan tanah itu mayoritas bagian temboknya retak menganga. Alhasil warga yang rumahnya terdampak terpaksa mengungsi terlebih dahulu. Sedangkan sekolah sudah tidak dipakai lagi untuk sementara ini.

"Untuk warga yang rumahnya rusak sudah mengungsi ke rumah saudaranya. Kemudian untuk sekolah, sekarang sudah tidak bisa dipakai karena akan membahayakan murid nanti," ujar Engkus.

Selain bangunan, pergerakan tanah itu juga menyebabkan jalan kampung mengalami kerusakan. Warga kemudian membuat jalan alternatif agar bisa dilintasi kendaraan.
"Jalan kampungnya juga ambles, jadi kendaraan tidak bisa lewat. Sekarang warga membuat jalur alternatif," ucap Engkus.

2. BPBD KBB bakal lakukan kajian

(Dok/Istimewa)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB sudah melakukan assement terhadap bencana pergerakan tanah tersebut. Hasil sementara dugaan awal bencana itu dikarenakan kondisi tanah yang labil sehingga tidak kuat saat hujan deras mengguyur selama tiga hari berturut-turut.

"Dugaan awal karena hujan deras berhari-hari dan tanah labil," ujar Plt Kepala Pelaksana BPBD KBB, Asep Sehabudin.

Namun untuk memastikannya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak terkait seperti BPBD Provinsi Jawa Barat dan Badan Geologi untuk melakukan kajian di wilayah tersebut. Cuma kita harus pastikan lagi penyebabnya berdasarkan kajian pihak terkait seperti Badan Geologi," ucapnya.

Berita Terkini Lainnya