Cuaca Ekstrem Picu Kematian Puluhan Ton Ikan di Waduk Jatiluhur

Kematian ikan rugikan pemilik KJA hingga ratusan juta rupiah

Purwakarta, IDN Times - Puluhan ton ikan mati mendadak di Waduk Djuanda, Kecamatan Jatiluhur( Kabupaten Purwakarta, dalam beberapa hari terakhir. Fenomena tersebut diduga akibat cuaca ekstrem berupa hujan deras secara terus-menerus.

Hal itu dikabarkan oleh Koordinator Angkutan Sungai Danau Penyeberangan Waduk Djuanda Atim Priantono.

“Kematian ikan tersebut biasanya akibat kekurangan sinar matahari dan oksigen di dalam air karena hujan terus menerus sejak Natal 2022 hingga Tahun Baru 2023,” katanya, Selasa (3/1/2023).

Akibatnya, suhu air di Waduk Jatiluhur turun drastis sehingga banyak ikan yang tidak bisa bertahan dengan kondisi tersebut. Menurut Atim, ikan-ikan tersebut diduga mabuk sebelum akhirnya mati dan mengambang di permukaan air.

1. Kematian ikan hanya terjadi di sebagian wilayah perairan

Cuaca Ekstrem Picu Kematian Puluhan Ton Ikan di Waduk JatiluhurRatusan ton ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten, Agam, Sumatra Barat, Kamis 29 April 2021 ditemukan mati. Kematian massal ikan jenis Nila tersebut, disebabkan oleh faktor cuaca buruk yang menyebabkan kadar oksigen air Danau Maninjau berkurang. IDN Times / Andri NH  

Menurut laporan yang diterima ASDP setempat, kematian ikan itu terjadi di zona empat dan lima Waduk Jatiluhur.

“Ikannya pada mabuk di wilayah zona empat dan lima dari Pasirlaya ke atas, untuk zona satu sampai tiga masih aman,” ujar Atim, saat dihubungi.

Untungnya, kondisi cuaca di sekitar Waduk Jatiluhur dinilai mulai cerah. Sehingga, Atim meyakini ikan-ikan tersebut telah mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup. Ia pun hanya bisa berharap kondisi cuaca terus membaik hingga masa panen ikan nanti.

2. Pemilik KJA mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah

Cuaca Ekstrem Picu Kematian Puluhan Ton Ikan di Waduk JatiluhurKeramba Jaring Apung (KJA) dianggap berkontribusi pada pencemaran lingkungan Danau Toba (IDN Times/Prayugo Utomo)

Ikan yang mati mendadak itu umumnya dikembangbiakan di Keramba Jaring Apung (KJA). Akibat kematian ikan-ikan tersebut, para pengelola KJA diperkirakan mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.

“Itu hanya sebagian ikan di KJA milik saya yang mati. Saya tidak tahu berapa jumlah pastinya, tapi kerugiannya sekitar Rp400 juta,” kata Nano, yang merupakan salah seorang pemilik KJA di zona lima. Kondisi serupa diakui juga dialami KJA lainnya di zona tersebut.

3. Peternak ikan hanya bisa pasrah menghadapi cuaca ekstrem

Cuaca Ekstrem Picu Kematian Puluhan Ton Ikan di Waduk JatiluhurIlustrasi Siklon Tropis di Indonesia ( ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Peristiwa tersebut diakui sudah sering terjadi pada masa peralihan musim kemarau ke hujan atau dalam kondisi cuaca ekstrem seperti sekarang. Menurut Nano, fenomena kematian massal ikan saat ini tidak separah pengalamannya pada beberapa tahun yang lalu.

Meskipun sudah sering terjadi, para pengelola KJA mengaku tidak memiliki cara untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem.

“(Kematian ikan) tidak bisa (dicegah), ini alami,” ujar Nano mengaku pasrah dengan keadaan.

4. Ikan-ikan yang mati sedianya akan dipanen bulan depan

Cuaca Ekstrem Picu Kematian Puluhan Ton Ikan di Waduk JatiluhurIlustrasi panen ikan. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Ia menyebutkan ikan yang mati di tempatnya saat ini memasuki usia 1,5-2 bulan. Padahal, ikan-ikan tersebut diakui akan dipanen sebentar lagi, tepatnya pada usia 2,5-3 bulan, tergantung persediaan pakan.

Dari sekian banyak ikan yang mati, ada sebagian kecil ikan yang dinilai masih layak dikonsumsi.

Sehingga, Nano dan para pemilik KJA pun mengangkut ikan-ikan tersebut untuk dibagikan kepada warga di pesisi Waduk Jatiluhur.

Baca Juga: Eceng Gondok dan Cuaca Ekstrem Ancam Wisata Waduk Jatiluhur

Baca Juga: Kejuaraan Aquabike Dunia Akan Digelar di Waduk Jatiluhur Purwakarta

Baca Juga: Ironis! Warga di Dekat Waduk Jatiluhur Alami Krisis Air

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya