5 Bulan Pandemik COVID, Kampung Sapu Ijuk Purwakarta Kembali Produksi

Pesanan sapu ijuk terdampak Pandemik COVID-19 dan PPKM

Purwakarta, IDN Times - Puluhan pengrajin sapu ijuk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta bertahan di tengah dampak Pandemik COVID-19. Setelah lima bulan berhenti produksi, mereka akhirnya memaksakan untuk mulai produksi kembali.

Kampung Sukaresmi di Desa Sindangpanon itu memang dikenal sebagai sentra kerajinan sapu ijuk di Purwakarta sejak lama. Salah seorang pengrajin yang cukup lama menggeluti usaha tersebut adalah Agus Maulana (42).

Sepanjang perjalanan usahanya, ia mengaku baru mengalami kondisi sulit seperti kali ini. "Ini juga baru mulai lagi produksi setelah lima bulan berhenti akibat Pandemik COVID-19," kata Agus saat ditemui di tempat produksinya.

1. Sentra kerajinan sapu ijuk memberdayakan masyarakat setempat

5 Bulan Pandemik COVID, Kampung Sapu Ijuk Purwakarta Kembali ProduksiAbdul Halim/IDN Times

Diperkirakan ada sekitar 20 pengrajin sapu ijuk di Kampung Sukaresmi yang masih bertahan hingga saat ini. Setiap pengrajin biasanya mempekerjakan beberapa pegawai untuk mengerjakan tugas dalam setiap tahapan pembuatan sapu ijuk.

Seperti di tempat milik Agus, ia memproduksi sapu bersama istri dan seorang karyawan. Mereka membagi tugas mulai dari menyisir ijuk, merapikannya hingga merangkai ijuk menjadi sapu yang siap dipasarkan setelah dirapikan.

2. Jumlah pesanan berkurang sejak pandemik COVID-19

5 Bulan Pandemik COVID, Kampung Sapu Ijuk Purwakarta Kembali ProduksiWarga yang keluar dari pasar memasuki bilik disinfektan di Pasar Tradisional Rangkasbitung di Lebak, Banten (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Agus dan timnya akan memproduksi sapu ijuk sesuai jumlah pesanan dari pembeli maupun pedagang pasar tradisional. "Dalam satu hari, bisa membuat paling banyak 60 buah sapu," ujarnya.

Karena itu, Agus mengakui ada penurunan jumlah pembeli sejak pandemik. Para pembeli diduga enggan ke luar karena takut tertular COVID-19 ditambah adanya penutupan jalan dalam aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Sapu buatan para pengrajin di kampung tersebut kerap disuplai ke pasar-pasar tradisional di wilayah Purwakarta, Subang, Karawang hingga Bandung Raya. "Karena itu, waktu ada COVID-19, terhambat karena jalanan ditutup," kata Agus.

3. Sapu ijuk Kampung Sukaresmi diklaim lebih berkualitas

5 Bulan Pandemik COVID, Kampung Sapu Ijuk Purwakarta Kembali Produksiaccounting.binus.ac.id

Produk sapu ijuk buatan para pengrajin di sana dikenal cukup berkualitas. Agus bahkan mengklaim produknya memiliki kualitas yang tak kalah dari produk sapu plastik di toko modern.

Selain itu, mereka juga berani mengadu produknya dengan sapu ijuk serupa buatan daerah lain. "Soal kualitas sapu ijuk saya ini bisa bersaing dengan sapu ijuk yang berasal dari daerah lain," kata Agus menegaskan.

4. Pengrajin berharap ada relaksasi aturan PPKM

5 Bulan Pandemik COVID, Kampung Sapu Ijuk Purwakarta Kembali ProduksiPersonel Satpol PP memberikan imbauan kepada pelaku usaha tentang pemberlakuan PPKM Mikro di Jalan Saranani, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (8/7/2021). (ANTARA FOTO/Jojon)

Adapun produk buatan Agus memiliki dua dua varian, yakni sapu ijuk batang rotan dan batang bambu. Untuk sapu berbatang rotan dijual seharga Rp15.000 hingga Rp20.000 sedangkan sapu ijuk yang menggunakan batang bambu harga ecerannya Rp7.000 hingga Rp10.000.

Setelah lima bulan berhenti operasi, para pengrajin sapu ijuk di kampung tersebut mulai mendapatkan pesanan kembali. Agus dan para pengrajin di sana berharap ada relaksasi aturan PPKM agar pesanan mereka kembali seperti normal.

Baca Juga: Kemenkes Kirim Tiga Jenis Vaksin COVID-19 untuk Kabupaten Purwakarta

Baca Juga: PPKM Diperpanjang, Ratusan Angkot di Purwakarta Mogok Kerja

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya