TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Telkomsel Ajak Millennial Manfaatkan Dunia Digital untuk Berbisnis

Bangkitkan ekonomi di tengah COVID-19 melalui teknologi

IDN Times/istimewa

Bandung, IDN Times - PT Telkomsel mengajak para millennial di Indonesia memulai bisnis dengan memanfaatkan dunia digital. Hal ini menjadi obrolan seru dalam kegiatan website seminar (webinar) Digital Creative Millenials (DCM) 2020 bertajuk "Pentingnya Transformasi Digital untuk Strategi Bisnis Online" pada Selasa, 28 Oktober 2020, lalu.

Webinar DCM 2020 ini dihadiri sejumlah pembicara ternama dari kalangan pengusaha, juga entertainer. Di antaranya, salah satu pionir industri clothing di Indonesia yang membangun brand Unkl347 Dendy Darman, dua sahabat pemilik brand Cotton Ink Carline Darjanto dan Ria Sarwono, juga penyiar radio dan Co-Owner Lawless Gofar Hilman.

Dalam sambutannya, VP Corporate Communication PT Telkomsel Denny Abidin menuturkan bahwa semangat acara DCM 2020 salah satunya dilatarbelakangi kondisi ekonomi negeri yang terimbas COVID-19.

Dia berharap, DCM 2020 dapat menstimulasi para pengusaha muda, khususnya yang baru merintis bisnisnya, agar semakin yakin dan memiliki komitmen meskipun dunia tengah diguncang pandemi.

1. Telkomsel buka ruang kolaborasi untuk UMKM

dokumentasi pribadi

Menurutnya, dunia usaha, tak terkecuali di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), ikut terimbas oleh COVID-19. Pandemi ini memaksa semua sektor bertahan dengan cara beradaptasi. Di lini bisnis, cara beradaptasi di era ini yang dinilai efektif yakni bertransformasi ke ranah digital.

Telkomsel pun membuka ruang kolaborasi agar para pengusaha dapat memanfaatkan konsep transformasi digital. Selain lewat sejumlah program Telkomsel, dorongan itu distimulasikan dalam webinar yang mengundang para praktisi dunia usaha digital.

"Harapannya kita punya mimpi yang besar, kita bergandengan tangan, kita sama-sama wujudkan mimpi yang besar ini, karena tidak ada yang impossible kalau kita bersama-sama," katanya dalam rilis yang diterima IDN Times, Kamis(29/10/2020).

2. Memanfaatkan teknologi digital bisa membuat bisnis kian efisien

ilustrasi MyTelkomsel. (IDN Times/Istimewa).

Salah satu founder brand Unkl347, Dendy Darman mengakui bahwa pandemi Covid-19 membuat adaptasi digital semakin harus dilakukan. Dendy bercerita, sejak Unkl347 dirintis pada 1996, bisnis yang diawali kegemaran mendesain ini fokus berjualan pakaian clothing dengan sistem ritel offline.

Sejak 2 tahun terakhir, Unkl347 mulai mencoba memanfaatkan platform digital guna memasarkan produknya. Namun sejak masa pandemi, cara berjualan dengan pola ini terbilang paling efektif.

"Sekarang semenjak pandemi, sudah lebih besar online, persentasinya (market) udah berubah karena memang culture berubah, orang tidak ketemu orang," katanya.

Meski berjualan produk secara online dinilainya mengurangi engagement atau keterikatan antara ritel dengan pelanggan, namun pasarnya lebih luas. Keyakinan ini sangat dirasakan Unkl347 di masa ini. Di samping itu, Unkl347 lebih leluasa dalam berinovasi menyesuaikan dengan keinginan pasar.

"Sejujurnya kita dapat feedback kebutuhan lapangan. Contohnya, kalau zaman dulu itu sepertinya (inovasi produk) bakal laku, padahal yang sukanya itu ritel, tidak langsung end user. Sekarang itu end user yang beli, jadi kita punya data yang tepat, kayak item ini bener-bener disukai," katanya.

Dia pun menegaskan, kekinian jalan untuk merintis usaha lebih dimudahkan karena dunia digital memberikan ruang efisien dan efektif. Pihaknya pun seiring dengan pandemi, terus berupaya mengadaptasi kelebihan dunia digital.

"Hari ini adaptasi cepet sama hal baru ini, ibaratnya jalan cepetnya itu sekarang udah ada, masa gak memanfaatkan. Sekarang gue lagi respons banget sama perubahan karena ini semua efisien dan efektif, karena ini retail tanpa batas, lu bisa ngobrol sama seluruh dunia," katanya.

3. Bisnis menjadi lebih besar dimulai dari online

google

Sementara itu, dua sahabat pemilik brand Cotton Ink, Carline Darjanto dan Ria Sarwono mengaku, bisnisnya semakin berkembang pada 2018 justru memanfaatkan penjualan online. Bahkan, hal itu dilakukan saat jauh hari sebelum dunia usaha memanfaatkan platform digital.

Alasannya pun sederhana saat bisnis ini dimulai. "Kita enggak punya uang banyak untuk memulai dari offline dan awalnya cuma berdua. Karena (online) ini lebih murah," kata Ria Sarwono.

Menurutnya pula, bisnis online jauh dapat menjangkau pelanggan. Ini yang membuat bisnis Cotton Ink terus berjalan. Seiring itu toko offline dapat dibuka hingga Cotton Ink mempunyai lima toko offline yang tersebar di sejumlah daerah Indonesia.

Terkait pandemi Covid-19, Cotton Ink pun merasakan pembeli yang datang lebih banyak dari penjualan online meski secara offline toko tetap menghasilkan untung. "Kebetulan udah buka toko kelima, udah miriplah (hasil penjualan) online dan offline. Tapi kalau sekarang jauh, karena customer lebih pilih belanja online, karena ada Covid-19," sambung Carline Darjanto.

Berbekal pengalaman berjualan online, masa pandemi Covid-19 tidak menyurutkan Cotton Ink terus berinovasi. Bagi keduanya inovasi adalah hal penting saat menjalankan usaha. Selebihnya berani mengambil risiko sangat penting, bahkan untuk yang ingin memulai bisnis. "Lu gakan tau kalau belum mulai," timpal Ria.

Berita Terkini Lainnya