TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cara Crowde Memajukan Sektor Pertanian Tradisional di Indonesia

Terus targetkan petani digital pada 2021

IDN Times/Istimewa

Bandung, IDN Times - Kemunculan perusahaan startup di bidang pertanian dalam 5 tahun terakhir ini memainkan peran penting dalam pencapaian sektor pertanian di Indonesia. Salah satunya adalah Crowde. 

Perusahaan ini mencatat hasil risetnya bersama DSInnovate dalam laporan bertajuk “Driving the Growth of Agriculture Technology Ecosystem in Indonesia” menunjukan pada Q3 tahun 2020, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 215%, namun hanya ada 4,5 juta petani dari total 33,4 juta petani di tahun 2020 yang menggunakan internet selama satu tahun belakangan.

Hal ini pun ditengarai oleh rendahnya tingkat pendidikan yang sebanyak 14 juta petani merupakan lulusan tingkat sekolah dasar. Padahal teknologi dipercaya dapat memudahkan proses pertanian dari hulu ke hilir yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

Tujuan dikeluarkan laporan ini adalah untuk melihat sejauh mana agritech (agriculture-technology) dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia.

VP of Product Crowde Mirza Adhyatma menyebutkan, kondisi petani Indonesia hingga kini masih sangat tradisional. Menurutnya, kehadiran teknologi seharusnya bisa membuat sektor pertanian lebih maju dan modern agar proses budidaya berjalan lebih efektif dan hasil panen pun jadi lebih maksimal.

"Crowde pun berupaya membantu penetrasi teknologi bagi para mitra petani dengan merekrut 40 field agent yang telah dibekali dengan aplikasi AgScout," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Jumat(11/6/20210.

1. Merekrut 40 field agent yang telah dibekali dengan aplikasi AgScout

IDN Times/Istimewa

Mirza menyebutkan, memberikan bekal teknologi kepada para petani tradisional merupakan tantangan kedepan. Karena itu, Crowde merekrut 40 field agent yang telah dibekali dengan aplikasi AgScout untuk memudahkan progres monitoring dan pendampingan petani ketika berbudidaya.

Dengan teknologi ini, akan mempermudah mitra petani untuk memperoleh saran yang tepat tentang budidaya. Adapun upaya yang dilakukan ini didasari oleh fakta mengenai pertumbuhan sektor pertanian yang tidak sejalan dengan kondisi petani yang memiliki tingkat penetrasi rendah terhadap teknologi.

2. Crowde menjadikan terciptanya ekonomi inklusif yang men-support permodalan bagi petani kecil

IDN Times/Istimewa

Dia menjelaskan, melalui pelayanan yang diberikan Crowde tentunya diharapkan dapat menciptakan ekonomi inklusif yang men-support permodalan bagi petani kecil dan unbanked dengan menyediakan regu farmer consultant yang akan menolong petani dimana saja mereka berada untuk mengajukan permodalan secara komputerisasi melalui aplikasi AgSales. Selain itu, juga membekali petani dengan literasi keuangan.

Adapun upaya ini dilakukan oleh Crowde karena melihat kenyataan bahwa adanya kendala di mana budidaya pertanian di Indonesia yang masih benar-benar bergantung pada alam dan biaya produksi yang tinggi.

Hal ini dapat terlihat saat petani menerapkan bahan input seperti pupuk, pestisida, benih yang murah, maka hasilnya pasti tidak akan maksimal. Namun, jika harus menggunakan bahan input yang berkualitas, biaya produksi yang tinggi membuat mereka mengalami kesulitan modal.

Terlebih bagi para petani kecil, mereka akan kian sulit mendapatkan pembiayaan formal sebab kebanyakan dari mereka tak mempunyai jaminan sertifikat tanah. Ditambah metode pembayaran dengan skema angsuran per bulan yang tak sesuai dengan budidaya pertanian yang baru akan mendapat hasil (panen) setelah beberapa bulan.

"Di samping itu, prosedur administrasi yang kompleks juga menyulitkan mereka untuk memperoleh modal. Keterbatasan jalan masuk permodalan inilah yang membuat usaha pertanian semakin sulit berkembang," ujar dia.

Baca Juga: Kisah Sukses Pemuda Garut Jadi Peternak Millennial

Berita Terkini Lainnya