TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Batu Bara Masih Menjanjikan, Adaro Tetap Kembangkan Energi Terbarukan

Energi terbarukan belum dapat mengatasi persaingan

unsplash.com/Dominik Vanyi

Bandung, IDN Times – Tidak bisa dipungkiri jika saat ini berbagai perusahaan energi telah mencoba peruntungan untuk mengembangkan potensi energi terbarukan. Tren yang disertai dengan keinginan menjaga lingkungan hidup juga permintaan yang tinggi itu pun dilakukan oleh perusahaan lokal, PT. Adaro Indonesia.

Direktur Pemasaran PT. Adaro Indonesia Hendri Tan mengatakan, perusahaannya saat ini tengah fokus untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya. Hal itu sejalan dengan target pemerintah yakni produksi energi terbarukan sebesar 31 persen pada 2030.

1. Adaro telah mengeksplorasi wilayah pengembangan energi terbarukan

Hendri Tan Direktur Pemasaran Adaro Indonesia (IDN Times/Istimewa)

Pembangkit listrik tenaga surya milik Adaro itu dikembangkan di daerah Kalimantan Selatan. Menurut Hendri, perusahaannya memang mulai komit untuk mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan.

“Jadi ada beberapa wilayah yang kami explore (jelajahi), dan saat ini penerapannya di beberapa daerah mulai berjalan,” kata Hendri, ketika menghadiri webinar Future Energy Tech and Innovation Forum, Senin (8/3/2021).

2. PLTU Batang mungkin dapat beroperasi di akhir 2021

Pinterest

Tak hanya pembangkit listrik tenaga surya, Adaro juga saat ini tengah mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap dengan teknologi ultra-sepercritical (USC) yakni Bimasena Power Indonesia yang terletak di Batang, Jawa Tengah. “Ini merupakan salah satu PLTU terbesar di Asia Tenggara,” tuturnya.

PLTU Batang dengan kapasitas sebesar 2x1.000 mega watt ini direncanakan mulai beroperasi pada akhir 2021. Proyek daripada PLTU ini dikerjakan oleh PT. Adaro Power bersama Electric Power Development, dan Itochu Corporation.

Sebelumnya pada Juni 2016, Bhimasena meraih kesepakatan pendanaan dengan perkiraan total investasi sebesar 4,2 miliar USD. Rencananya, setelah beroperasi, PLTU Batang akan memasok listrik selama 25 tahun kepada PLN.

3. Adaro mengklaim telah mengekspor batu bara ramah lingkungan

Ilustrasi tongkang angkut batu bara. IDN Times/Mela Hapsari

Sementara itu soal batu bara, Adaro mengklaim telah melakukan ekspor tanpa melupakan prinsip ramah lingkungan. Selama 20 tahun terakhir, lanjut dia, Adaro memang mengekspor environmental friendly coal ke beberapa negara lain.

Klaim ramah lingkungan, kata Hendri, bukan tanpa dasar. “Batu bara ini lebih ramah lingkungan karena kandungan polutannya rendah, sulfur rendah, dan juga abu rendah. Ini yang menjadi alasan batu bara produksi Adaro itu disukai oleh pembeli. Selama ini negara yang rutin membeli batubara ramah lingkungan itu adalah Jepang dan Hong Kong,” katanya.

Berita Terkini Lainnya