Proyek Kawasan Industri Rebana Bakal Terkendala Kesiapan SDM Lokal
Pemerintah harus persiapkan SDM dan UMKM agar bisa bersaing
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pemerintah Jawa Barat tengah mempersiapkan kawasan industri baru yang dinamakan Rebana. Tujuh kabupaten/Kota akan masuk dalam proyek tersebut dan diharap mampu menggerakan ekonomi daerah.
Namun, persoalan yang harus diselesaikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan daerah yang masuk proyek Rebana adalah perbaikan sumber daya manusia (SDM) yang nantinya didorong bekerja di kawasan industri ini. Termasuk menyelaraskan usaha kecil menengah (UKM) dan industri kecil menengah (IKM) yang sudah berada di daerah tersebut.
Ketua Tim Riset "Pengembangan Wilayah Metropolitan Rebana" West Java Economics Society (WJES), Horas Djulius mengatakan, Rebana diproyeksikan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Jabar pada masa depan. Karena itu dalam rencana pengembangannya, kawasan ini didorong untuk memiliki kawasan industri yang terintegrasi, inovatif, kolaboratif, berdaya saing tinggi, serta berkelanjutan.
"Dari kajian yang dilakukan, masih terdapat sejumlah pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Antara lain terkait kesesuaian Jawasan Peruntukan Industri (KPI) dengan aktivitas ekonomi lokal serta kualifikasi sumber daya manusia (SDM) di wilayah tersebut," ujar Horas melalui siaran pers, Minggu (6/2/2022).
1. Mayoritas daerah di kawasan Rebana fokus pada pertanian dan perdagangan
Ia menjelaskan, karakteristik struktur ekonomi dari 7 kota/kab yang sebagian wilayahnya masuk rebana bercorak pertanian dan perdagangan. Kondisi tersebut telah diduga sebelumnya bahwa corak dikawasan tersebut merupakan pertanian.
“Dari hasil penelitian kami masih ada ketidaksinkronan antara UKM/IKM unggulan di wilayah Metropolitan Rebana dengan industri besar yang diundang masuk ke 13 Kawasan Peruntukan Industri (KPI). Jadi pekerjaan rumahnyanya besar," kata Horas.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri. Apabila membludak investasi besar di sana maka perlu ada upaya untuk memunculkan inklusifitas di kawasan Rebana. Apalagi pemerintah bermaksud hendak mengejar pertumbuhan yang inklusif.
"Ekonomi inklusif kan lawannya ekslusif. Jadi inklusif itu inginnya tuh yang besar tumbuh, yang kecilpun tumbuh. Jadi tujuan penelitian kedua ingin mengetahui apakah entitas bisnis yang kecil disana itu bisa disandingkan dengan usaha besar," katanya.
Baca Juga: Ridwan Kamil Tawarkan Pebisnis UEA Investasi di Rebana dan Kertajati
Baca Juga: Bos BI Prediksi Investasi Sanggup Topang Ekonomi Indonesia di 2022