TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Rekomendasi Bank Indonesia Agar Perekonomian Jabar Tidak Stagnan

Jangan sampai perekonomian kita terjun payung

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Perekonomian dunia sedang tidak baik-baik saja. Sejumlah negara mulai alami penurunan perekonomian hingga kenaikan angka inflasi yang signifikan. Tak sedikit ekonomi yang menilai dunia akan segera mengalami resesi.

Resesi global yang diperkirakan terjadi dalam waktu dekat mempunyai perbedaan dengan krisis-krisis sebelumnya, terutama dengan krisis pandemi. Kondisi ini kemudian akan berdampak pada Stagflasi.

Stagflasi berasal dari kenaikan inflasi di sebagian sektor, akibat bahan baku yang meningkat utamanya komoditas energi dan pangan. Namun, inflasi ini juga tidak diimbangi oleh peningkatan permintaan.

Bank Indonesia (BI) memberikan beberapa rekomendasi agar perekonomian di Indonesia tidak alami stagflasi. Untuk Provinsi Jawa Barat, BI meminta pemerintah daerah agar industri yang sudah ada tidak banyak terdampak perekonomian nasional. Kemudian harus ada sektor perekonomian baru yang ditingkatkan untuk menunjang ekonomi secara keseluruhan di Provinsi Jabar.

"Penting bagi kita untuk mengidentifikasi, menemukan pertumbuhan ekonomi baru. Sektor yang paling memungkinkan adalah maritim dan periknan. Ini seperti hidden gems (tempat tersembunyi yang menarik) yang harus digarap lebih serius," ujar Kepala BI Jabar Herawanto dalam sebuah diskusi akhir pekan kemarin.

Untuk menjaga agar perekonomian Jabar tidak terjun payung, BI Jabar memberikan sejumlah rekomendasi sebagai berikut:

1. Perkuat pasokan barang dengan harga yang terjangaku

ilustrasi komoditas cabai di pasar tradisional. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Herawanto menuturkan, langkah pertama yang bisa dilakukan melalui langkah koordinatif merespons potensi stagflasi dunia dan tekanan inflasi yang tinggi. Hal itu dilakukan melalui penguatan strategi kebijakan 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

"Terutama dalam menjaga kepastian ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan di wilayah Jawa Barat didukung oleh penerapan teknologi serta ketersediaan sistem informasi yang memadai," kata dia.

2. Kinerja ekspor dan investasi harus dijaga

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Herawanto melanjutkan, rekomendasi kedua ialah menjaga perbaikan kinerja ekspor dan investasi Jawa Barat di tengah tekanan stagflasi global. Berbagai dukungan di antaranya melalui pemberian kemudahan dan insentif ekspor terutama pada komoditas potensial di luar yang ada seperti perikanan dan maritim serta pertanian di Jawa Barat Selatan yang perlu didukung dengan konektivitas yang baik.

Selain itu, upaya meningkatkan efisiensi industri hulu hilir, optimalisasi substitusi bahan baku impor dan pemanfaatan limpahan order dari negara pesaing melalui penetrasi ceruk pasar baru ke pasar potensial seperti Australia dan Arab Saudi untuk komoditas electronic vehicle perlu ditingkatkan lebih lanjut.

"Saat ini Jawa Barat masih mencatatkan kinerja ekspor yang positif dan makin membaik dengan pertumbuhan sebesar 17,73% pada posisi Mei 2022," ungkapnya.

Kondisi tersebut juga didukung indikator Prompt Manufacturing Index (PMI) Jawa Barat yang tercatat sebesar 59,9, mencerminkan geliat pelaku industri manufaktur pada fase ekspansif.

"Ini juga memberikan kesempatan bagi bergeraknya sektor perdagangan yang di antaranya ditunjukkan oleh data yang dirilis Gaikindo bahwa adanya peningkatan mobil dalam negeri yang tumbuh 5,03% (yoy), diiringi terbukanya pasar ekspor baru seperti Australia dan Timur Tengah," jelasnya.

3. Gali potensi ekonomi baru

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Rekomendasi ketiga, dijelaskan Herawanto, ialah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi perlu memanfaatkan potensi berkembangnya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru Jawa Barat di antaranya melalui optimalisasi sektor maritim dan industri kreatif creator games.

Berita Terkini Lainnya