Terkikis Zaman, Permainan Kadaplak Hidupkan Kembali Kearifan Lokal

Riwayat Kadaplak, alat pengangkut hasil bumi sejak 1930

Bandung Barat, IDN Times - Beginilah potret masyarakat Kampung Batuloceng, Desa Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang masih mempertahankan kearifan lokal ditengah peralihan zaman.

Warga Kampung Batuloceng menyebutnya Kadaplak. Sebuah permainan meluncur dengan menaiki mobil mini mirip gokart yang dirakit menggunakan kayu dari atas lereng Bukit Tunggul.

1. Perlu nyali ekstra untuk mengendarai Kadaplak

Terkikis Zaman, Permainan Kadaplak Hidupkan Kembali Kearifan LokalIDN Times/Bagus F

Diperlukan keberanian dan nyali ekstra untuk menunggangi Kadaplak lalu meluncur dari atas bukit. Sebab, pembalap harus mampu mengendalikan keseimbangan dengan kecepatan luncur menurun. Pembalap tidak dibekali kemudi atau setir dan juga tidak ada rem untuk diinjak. Untuk bisa stabil, pembalap hanya bermodalkan keberanian dan keseimbangan.

Maka tak jarang para pembalap Kadaplak berkali-kali terjungkal saat menemui undakan atau tikungan. Meskipun harus berkali-kali mengalami lecet akibat terjungkal, tawa bahagia selalu larut berbalut debu.

Meski dipandang cukup ekstrem, permainan tradisional ini juga tidak hanya didominasi oleh kaum Adam. Remaja bahkan emak-emak pun, berani meluncur naik Kadaplak.

2. Dahulu, Kadaplak digunakan alat angkut hasil bumi

Terkikis Zaman, Permainan Kadaplak Hidupkan Kembali Kearifan LokalIDN Times/Bagus F

Seorang penggagas Kadaplak, Gunawan Azhari menuturkan, meskipun terkesan hanya untuk memburu kesenangan semata, Kadaplak memiliki nilai sejarah yang dalam.

Warga yang tinggal di Kampung Batuloceng merupakan warga hasil relokasi pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1907. Sebelumnya, warga tinggal di daerah aliran sungai (DAS) Cikapundung.

Mayoritas warga Batuloceng kala itu, adalah buruh tani tembakau. Pohon tembakau ditanam di perbukitan gunung sekitar Desa Suntenjaya. Sedangkan pada musim panen, petani harus membawa hasil panennya dari atas bukit untuk keperluan Hindia Belanda.

"Nah, alat untuk menurunkan hasil panen kebun dan tembakau itu, menggunakan kereta kayu atau yang kita sebut kadaplak," ungkap Gunawan saat ditemui di lokasi.

3. Mulai terkikis saat warga mulai mengenal motor

Terkikis Zaman, Permainan Kadaplak Hidupkan Kembali Kearifan LokalIDN Times/Bagus F

Menurut Gunawan, sampai saat ini tidak ditemukan waktu yang pasti kapan pertama kali ditemukannya Kadaplak ini. Namun Gunawan memastikan sekitar tahun 1930 Kadaplak ini sudah digunakan oleh para petani tenbakau.

Sebelum warga mudah mendapat kendaraan bermotor, petani tembakau masih menggunakan Kadaplak untuk mengangkut hasil panennya. Pada waktu pagi hingga siang hari untuk mengangkut hasil kebun, sedangkan di waktu sore, anak-anak menggunakannya untuk bermain.

"Dari tahun 1930 hingga 1990 masih digunakan, baru dari 1990 hingga 10 tahun terakhir mulai meredup. Terkikisnya Kadaplak ini seiring dengan makin mudahnya warga memiliki kendaraan bermotor," tutur Gunawan.

Permainan ini, kata Gunawan, baru dihidupkan kembali sekitar tahun 2013 di Batuloceng. Helarannya kerap dibarengi dengan perayaan hari besar seperti HUT RI atau penanda masa panen.

4. Kadaplak bukan satu-satunya

Terkikis Zaman, Permainan Kadaplak Hidupkan Kembali Kearifan LokalIDN Times/Bagus F

Kereta kayu yang serupa Kadaplak ini, di wilayah lain sebutan berbeda-beda. Seperti di Sumedang disebut 'lelegean' atau di Pangalengan disebut 'rel-relan'. Menurut Gunawan, Penamaan kadaplak didasari atas nama serangga air 'kadaplak' (Gerris lacustris) yang memiliki bentuk badan yang pipih.

"Hewan itu biasanya ada di sawah dan identik dengan air dan lumpur. Oleh karena itu, kita coba kenalkan kembali, karena anak sekarang mungkin tidak tahu apa itu engkang-engkang," ucapnya.

Kadaplak ini kata Gunawan terbuat dari material kayu sisa. Untuk ban, kayu yang digunakan adalab kayu Kurai. Sedangkan untuk kerangka, Gunawan menggunakan kayu pohon kopindan bambu.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya