ilustrasi pedasan entog khas Cirebon (pexels.com/Engin Akyurt)
Di Kecamatan Weru, sekira 30 menit dari pusat kota, ada satu tempat yang seolah menjadi “tempat ziarah” bagi pencinta pedas: Pedesan Entog Mas Nana Megu Gede.
Dari luar, tempat ini tampak sederhana, namun setiap hari antrean kendaraan tak pernah surut. Menu andalannya adalah entog — sejenis bebek lokal — yang dimasak dalam kuah pedas berwarna merah gelap dengan aroma rempah tajam.
Rasanya? Perpaduan antara gurih daging dan pedas yang perlahan membakar lidah, tapi justru membuat ketagihan.
Keistimewaan Pedesan Entog Mas Nana terletak pada cara memasaknya yang masih tradisional. Entog dimasak lama dalam panci besar bersama cabai, serai, jahe, dan daun salam hingga bumbu meresap sempurna.
Dagingnya lembut, sedikit berlemak, dengan rasa pedas yang menempel hingga gigitan terakhir. Tak sedikit pelanggan yang menyebut sensasi makan di sini sebagai “tantangan” karena pedasnya bisa membuat keringat bercucuran bahkan di cuaca sejuk.
Bagi pengunjung dari luar kota, tempat ini menawarkan pengalaman otentik yang sulit ditiru. Suasana warung yang sederhana, kursi kayu panjang, dan suara senda gurau pelanggan menciptakan kesan akrab.
Harga seporsi pedesan entog pun terjangkau, sekitar Rp30 ribuan. Namun satu hal yang pasti: meski kolesterol bisa naik, kepuasan rasa membuatnya sepadan. Seperti kata pepatah di sana, “pedasnya bikin panas, tapi rindunya tak pernah padam.”