Delapan tahun berdiri, Imah Babaturan telah mempekerjakan 20 orang karyawan. Ini pun menjadi hal unik dari Imah Babaturan. Tak seperti pramusaji di tempat makan lain, penampilan karyawan di sini tergolong nyentrik.
Hudha menuturkan, jika memang ia dan sang istri tak pernah melihat latar belakang dari para karyawannya. Utamanya hanya dua, yang penting jujur dan mau bekerja keras.
"Teman-teman yang membantu kita ini dulunya rada badung. Kebanyakan anak jalanan, tidak sekolah, anak band yang badung. Ketika kita menerima mereka di sini, syaratnya memang cuma dua: mau kerja dan jujur," ungkapnya.
"Kalau sengaja di konsep seperti ini sih tidak. Mungkin memang belum banyak tempat yang bisa menerima anak-anak seperti ini, sehingga mereka kesulitan untuk bekerja. Kami salah satunya yang bisa menerima mereka apa adanya," imbuhnya.
Namun, ada salah satu kendala yang sampai saat ini dialami para pengunjung, yakni parkiran. Terutama bagi pengemudi mobil.
"Akhirnya kami berpikir, apa solusi dari permasalahan ini. Buat teman-teman yang datang ke Imah Babaturan dan parkir di Baltos, silakan perlihatkan tiket parkirnya ke kasir. Nanti dapat minuman gratis dari kita," katanya.
Ia berharap, di tahun ini para UMKM kuliner bisa dipermudah untuk perizinan dan hal lainnya, seperti parkir. Jangan sampai usaha yang telah mereka bangun dari awal jadi dikorbankan hanya karena tidak memiliki lahan parkir
"Kami pun sudah mencoba untuk mencari solusi dengan cara tadi ya. Untuk perizinan sertifikasi lain tentang makanan juga sebisa mungkin tolong dipermudah bagi para UMKM," harapnya.