Mengunjungi Sanghyang Kenit, Kesegaran di Balik Aliran Citarum Purba

Pesona gua dan kesegaran di balik limbah sungai Citarum

Bandung Barat, IDN Times - Siapa sangka, di balik kondisi air Sungai Citarum yang tercemar oleh limbah pabrik-pabrik industri di Bandung Raya, masih ada aliran tersembunyi yang penuh dengan mitologi dan keindahan bentuk bebatuan purba.

Dibanding dengan Sanghyang Heleut, Goa Sanghyang Poek, hingga Sanghyang Tikoro, objek wisata Sanghyang Kenit mulai digandrungi para traveler baru-baru ini.

Dibendungnya aliran Sungai Citarum Purba pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Rajamandala, membuat aliran air yang melewati Sanghyang Kenit mendangkal. Derasnya arus sungai pun mulai menjadi jinak. Yang tersisa, pemandangan air sungai yang mengalir tipis-tipis indah di tengah bebatuan.

1. Satu jam dari gerbang keluar Tol Padalarang

Mengunjungi Sanghyang Kenit, Kesegaran di Balik Aliran Citarum PurbaInstagram.com/sridustirawati

Sanghyang Kenit berlokasi di Cisameng, Rajamandala Kulon, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Tidak sulit untuk menemukan surga Citarum purba ini.

Jika kamu mengarah dari luar Bandung, bisa memilih keluar Tol Padalarang untuk mengarahkan kendaraan menuju daerah Rajamandala dan berbelok ke arah PLTA Saguling. Dari exit Tol Padalarang, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di lokasi.

Tak perlu khawatir, papan petunjuk menuju Saguling cukup jelas dan membantu. Begitu juga petunjuk arah dari Google Maps cukup akurat untuk diikuti. Akses jalan menuju lokasi pun sudah diaspal, namun pengemudi tetap berhati-hati sebab ada beberapa jalan yang rusak.

Jalur menuju lokasi masih satu jalan raya utama menuju Sanghyang Heleut, Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro. Pengunjung akan menemui baligo berukuran sedang bertuliskan Sanghyang Kenit di kanan jalan.

Namun, jika menggunakan roda empat, pengunjung harus memarkirkannya agak jauh dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit sebelum sampai ke lokasi.

Bagi pengunjung yang menggunakan roda dua, bisa masuk hingga ke parkiran utama. Jaraknya pun, sangat dekat dengan gua.

2. Cukup dengan Rp5 ribu

Mengunjungi Sanghyang Kenit, Kesegaran di Balik Aliran Citarum PurbaInstagram.com/jelajahbandung

Rasa gerah melewati panjangnya area pertambangan batu kapur di Cipatat, dengan debu dan bising deru knalpot truk-truk pengangkut batu akan luluh seketika saat mata dimanjakan dengan kesegaran air alami dan alam yang asri.

Pemandangan gemericik air yang mengalir berwarna hijau tosca bening menabrak bebatuan. Sejumlah anak-anak tampak girang bermain di tengah kejernihannya. Terpasang pelampung di badan-badan mereka. Ada pula yang asyik mengambang menggunakan ban karet yang disewakan pengelola.

Di bagian timur, tampak sejumlah pengunjung yang asyik memainkan gawainya, menghidupkan kamera depan untuk berswafoto. Bebatuan yang berjajar tampak menjadi background yang instagramable untuk diabadikan.

Sementara pengunjung lainnya, santai merebahkan tubuhnya di hammock yang dipasang di antara bebatuan. Terasa sejuk semilir angin yang merayap di antara dinding-dinding bebatuan purba Sanghyang Kenit.

Tak perlu merogoh saku terlalu dalam, untuk bisa menikmati surga di aliran Citarum Purba ini cukup dengan Rp5 ribu per orang. Sedangkan biaya parkir motor Rp2 ribu dan mobil Rp10 ribu. Untuk menyewa pelampung dan ban, pengunjung cukup bayar Rp5 ribu per jam.

3. Rasakan sensasi menjelajah gua purba

Mengunjungi Sanghyang Kenit, Kesegaran di Balik Aliran Citarum PurbaInstagram.com/sanghyang_kenit_official

Bukan hanya wisata airnya, pesona Sanghyang Kenit semakin menarik dari adanya gua yang bisa dijelajahi oleh wisatawan. Gua ini semula merupakan tempat aliran sungai bawah tanah dengan reruntuhan batuan kapur.

Untuk bisa menjelajah aliran air di dalam gua, pengunjung harus menyiapkan Rp150 ribu per orang. Pengunjung akan diberi pelampung dan helm dan akan dipandu oleh petugas.

Siapkan mental dan stamina karena penjelajahan menuju dalam gua cukup menantang. Pengunjung bakal dihadapkan dengan bebatuan yang licin dan rongga-rongga sempit.

Air di dalam gua memiliki kedalaman setinggi perut orang dewasa. Gua ini juga masih dihuni oleh berbagai jenis ikan seperti baung dan gabus.

4. Sanghyang Kenit penyumbang ekonomi warga

Mengunjungi Sanghyang Kenit, Kesegaran di Balik Aliran Citarum PurbaInstagram.com/sanghyang_kenit_official

Pengelolaan Sanghyang Kenit saat ini berada di tangan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Cisameng, Rajamandala Kulon. Kehadiran PLTA Rajamandala juga memberikan energi baru untuk memutar roda ekonomi warga setempat.

"Sangat terasa bagi masyarakat, walau nilainya belum besar karena masih merintis. Tapi bisa menjadi sampingan di kala pemuda yang masih sulit bekerja, ibu-ibu membuka warung dan ibu PKK menjadi penyedia nasi liwet pesanan para pengunjung," ungkap seorang pengelola Sanghyang Kebit, Doddy Aang Satibi (24), saat ditemui di lokasi.

Demi menjaga kelestarian alam, warga Kampung Cisameng bergotong royong mengembangkan objek wisata tersebut. Komitmen menjaga kebersihan area Sanghyang Kenit juga disepakati warga.

"Kami juga selalu mengimbau kepada pengunjung untuk selalu menjaga kebersihan, ini yang akan masyarakat Cisameng pertahankan," tuturnya.

Pengelola juga berkomitmen untuk mengembangkan objek wisata tersebut. Fasilitas wisata baru juga direncanakan ditambah. Wisata water line, panjat tebing dan hammocking, diwacanakan dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak.

"Perlahan, tapi kita akan benahi dulu soal akses jalan dari parkiran ke lokasi Sanghyangkenit, meski baru beberapa bulan sudah ada ribuan wisatawan di akhir pekan, bahkan ada dari Mancanegara seperti dari Cina dan Singapura," kata Doddy.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya