Bandung, IDN Times – Peristiwa kecelakaan tunggal di daerah Dago, Kota Bandung, pada 24 Juli 2014, memukul batin semua warga Jawa Barat, khususnya pecinta Persib Bandung. Korban adalah Ayi Suparman alias Ayi Beutik, tokoh terpenting dalam klub suporter terbesar se-Indonesia Viking Persib Club (VPC). Sekitar 16 hari kemudian, setelah sempat dioperasi dua kali karena mengalami penipisan bantalan tulang punggung, Ayi meninggal dunia pada Sabtu, 9 Agustus 2014.
Hari ini lima tahun lalu, warga Jawa Barat terpukul. Ratusan orang berbondong-bondong menuju rumah duka di D’amerta Residence, Bandung. Ribuan lainnya mengirim ucapan belasungkawa, termasuk Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Soal siapa Ayi Beutik dan bagaimana kiprahnya sebagai suporter Persib sudah tidak perlu disangsikan lagi. Ia adalah sosok yang ucapannya selalu diamini seluruh anggota Viking—alasan terkuat mengapa Ayi dianggap sebagai Panglima Viking. Bahkan, banyak pula orang bilang kalau Ayi merupakan salah satu patron bagi suporter klub-klub lain di Indonesia.
Ayi Beutik lahir di Bandung pada 8 Januari 1967. Jebolan Program Studi Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung ini dikenal aktif berkegiatan di Kota Kembang sehingga dianggap punya jaringan pertemanan yang sangat kuat. Tidak ada sumber yang mengetahui dengan pasti kapan Ayi pertama kali jatuh cinta pada Persib Bandung. Yang terang, dia selalu menjadi orang terdepan dalam urusan mendukung Persib di berbagai kesempatan baik sebelum atau setelah Viking berdiri.
Ia merupakan salah satu orang yang mendirikan Viking Persib Club pada 17 Juli 1993 di Jalan Kancra No. 34, Kota Bandung. Saat itu, dikisahkan gagasan awal muncul dari Ayi Beutik yang ingin mempersatukan bobotoh (suporter) Persib di tribun selatan ke dalam sebuah organisasi. Ia kemudian mengundang sejumlah tokoh bobotoh di antaranya Heru Joko, Aris Primat, dan Dodi “Pesa” Rokhdian.
Singkat cerita, dari pertemuan itu, munculah nama yang disepakati: Viking. Pada awal pendiriannya, anggota Viking tak banyak, hanya sekitar 50 orang saja. Tapi ternyata jumlah sedikit tetap cukup menarik perhatian bobotoh juga suporter lawan. Mereka memang sedikit, tapi nyalinya bikin tim lawan morat-marit.
Ayi pun menemukan cinta sejatinya di stadion. Kali ini bukan Persib, melainkan Mia Dasmawati, wanita kelahiran Bandung, 10 Desember 1982. Meski usia terlampau jauh, namun keduanya sepakat untuk melanjutkan hubungan ke tahap pernikahan.
Pasangan yang sama-sama doyan main motor trail ini dikaruniai dua orang anak dengan nama yang unik. Ialah Jayalah Persibku, yang lahir pada 25 Juni 2003, dan Usab Perning (sebutan bagi Persib pada era 1980-an), yang lahir pada 22 September 2006. Mendengar nama kedua anaknya, siapa berani menandingi loyalitas Ayi pada Maung Bandung?
Lima tahun Ayi tak menemani keseharian Mia dalam membesarkan Jayalah Persibku dan Usab Perning. Sebagai orangtua tunggal, Mia sempat mengalami jatuh-bangun dalam memegang setir rumah tangga. Tapi, ia percaya, bahwa meski telah tiada, nama baik Ayi Beutik masih menafkahinya hingga sekarang.
“Kalau hari ini, di sini, ada Mang Ayi depan saya, saya cuma mau bilang: Ini anak-anak sudah SMP dan SMA,” kata Mia Beutik, ketika ditemui IDN Times Jabar di Parahyangan Apartement, Kota Bandung, Rabu (7/8). Tangis menggenang di pelupuk matanya, saat IDN Times Jabar memulai wawancara.