Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menimbang berat badan (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi menimbang berat badan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Intinya sih...

  • Asupan kalori masih lebih banyak dari yang dibakar

  • Kurang istirahat dan tidur tidak berkualitas

  • Jenis latihan kurang variatif

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak orang berpikir bahwa olahraga rutin otomatis membuat berat badan turun, namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Penurunan berat badan melibatkan keseimbangan antara asupan kalori, aktivitas fisik, metabolisme, serta kebiasaan harian lain yang sering kali tidak disadari.

Olahraga memang membakar energi, tetapi jika faktor pendukungnya tidak tepat, hasilnya mungkin bisa jauh dari harapan. Tubuh manusia adalah sistem yang sangat adaptif dan kompleks, yang merespons tidak hanya terhadap aktivitas fisik tetapi juga terhadap pola makan, kualitas tidur, dan tingkat stres.

Memahami penyebabnya bisa membantu menyesuaikan strategi agar olahraga benar-benar efektif dalam mencapai berat badan ideal.

1. Asupan kalori masih lebih banyak dari yang dibakar

ilustrasi memakan fast food (unsplash.com/Szabo Viktor)

Olahraga memang membakar kalori, tetapi sering kali jumlah yang dikonsumsi tetap lebih besar daripada yang dikeluarkan. Banyak orang tanpa sadar meningkatkan porsi makan setelah berolahraga karena merasa sudah bekerja keras dan berhak mendapat imbalan makanan.

Padahal, satu sesi olahraga intens hanya membakar sekitar 300 hingga 500 kalori, sementara satu hidangan tinggi gula atau lemak bisa jauh melampaui angka itu.

Selain itu, sebagian orang justru menambah cemilan atau minuman manis setelah olahraga, sehingga total kalori harian tetap tinggi. Untuk menurunkan berat badan, defisit kalori tetap menjadi kunci utama. Memantau asupan makanan menggunakan aplikasi food tracker dapat membantu memahami kebutuhan energi dan menyeimbangkannya dengan aktivitas fisik.

2. Kurang istirahat dan tidur tidak berkualitas

ilustrasi seorang pria di kasur (pexels.com/cottonbro studio)

Tidur memegang peran besar dalam perubahan berat badan. Ketika tubuh kekurangan istirahat, hormon ghrelin yang memicu rasa lapar meningkat, sementara hormon leptin yang mengatur rasa kenyang menurun. Akibatnya, seseorang lebih mudah merasa lapar dan sulit mengendalikan keinginan makan, meski sudah berolahraga secara teratur.

Selain itu, kurang tidur juga memperlambat metabolisme tubuh, sehingga kalori tidak terbakar secara optimal. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menghambat proses pembakaran lemak. Karena itu, tidur berkualitas selama 7 hingga 8 jam setiap malam sangat penting untuk mendukung efektivitas olahraga dalam menurunkan berat badan.

3. Jenis latihan kurang variatif

ilustrasi berlari (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Melakukan olahraga yang sama setiap hari memang bisa meningkatkan kebugaran, tetapi lama-kelamaan tubuh akan beradaptasi. Ketika hal itu terjadi, jumlah kalori yang terbakar menjadi lebih sedikit karena otot tidak lagi tertantang dengan intensitas yang sama.

Misalnya, seseorang yang terus-menerus melakukan cardio ringan tanpa diselingi latihan kekuatan mungkin tidak melihat perubahan signifikan pada berat badan.

Kombinasi antara latihan cardio dan strength training jauh lebih efektif untuk meningkatkan metabolisme. Latihan beban membantu membentuk massa otot yang berperan besar dalam pembakaran kalori, bahkan saat tubuh sedang beristirahat. Dengan menambah variasi gerakan dan meningkatkan intensitas secara bertahap, hasil olahraga akan lebih terasa.

4. Stres yang tidak terkontrol

ilustrasi pria yang merasa stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Faktor emosional juga memiliki dampak besar terhadap berat badan. Saat stres meningkat, tubuh melepaskan hormon kortisol yang dapat memicu penumpukan lemak, terutama di area perut.

Selain itu, stres sering kali mendorong seseorang melakukan emotional eating, yaitu kebiasaan makan bukan karena lapar fisik, melainkan untuk menenangkan diri.

Jika dibiarkan, stres kronis dapat menggagalkan seluruh usaha olahraga. Mengelola stres melalui meditasi, aktivitas hobi, atau sekadar berjalan santai bisa membantu menyeimbangkan kondisi mental dan fisik. Ketika pikiran lebih tenang, tubuh pun akan lebih responsif terhadap latihan dan proses metabolisme berjalan lebih efisien.

Olahraga memang bagian penting dalam menurunkan berat badan, tetapi bukan satu-satunya faktor yang menentukan. Pola makan, kualitas tidur, variasi latihan, dan kondisi emosional semuanya saling berkaitan dalam membentuk hasil akhir. Dengan memahami dan memperbaiki aspek-aspek diatas, perjalanan menuju berat badan ideal bisa berjalan lebih efektif tanpa harus merasa tersiksa.

Sumber:
https://www.nytimes.com/2018/04/11/well/move/why-exercise-alone-may-not-be-the-key-to-weight-loss.html
https://www.medicalnewstoday.com/articles/320174
https://vitalityweightlossinstitute.com/weight-loss/why-exercise-alone-isnt-enough-for-weight-loss-the-diet-and-fitness-balance/
https://www.sleepfoundation.org/physical-health/weight-loss-and-sleep

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team