Mudik Lebaran memang selalu menjadi momen tak terlupakan untuk siapa saja yang pernah menjalaninya. Berkendara jauh dari satu kota ke kota lainnya selalu jadi cerita tak terlupakan.
Pulang ke kampung halaman ibu yang selalu teringat di benak saya. Tinggal di Kota Bandung dan harus mudik ke Kabupaten Subang setiap tahun menjadi ritual untuk saya bersama keluarga. Sejak kecil saya selalu diajak untuk pulang ke sana baik itu sebelum salat Idul Fitri, maupun setelahnya.
Yang sudah pasti tiap tahun kami akan bersilaturahmi ke sana, tempat emih (nenek) dan abah (kakek) dari ibu saya tinggal. Salah satu cerita yang selalu terngiang adalah bagaimana saya dan ayah selalu menggunakan sepeda motor untuk pulang ke Subang, sedangkan ibu dan kakak perempuan menggunakan angkutan umum dengan berpindah-pindah untuk sampai di sana.
Sebagai persiapan mudik berlebaran, kami selalu membawa berbagai makanan dan minuman dari Bandung untuk keluarga di sana. Dua buah kardus berukuran besar pun selalu dibawa oleh saya dan ayah menggunakan motor. Satu disimpan di bagian depan, dan satu di bagian belakang yang disanggah oleh tambahan kayu.
Pernah suatu waktu di momen mudik, ibu dan kakak saya sudah berangkat lebih dulu menggunakan kendaraan umum. Sehari setelahnya barulah saya dan ayah yang berangkat menggunakan motor.
Seperti biasa persiapan sudah dilakukan untuk menempuh perjalanan sekitar dua jam. Namun, saat Lebaran tahun tersebut sedang memasuki musim penghujan. Jas hujan pun dibawa demi menghindari guyuran air deras.
Perjalanan dimulai pada siang hari setelah Salat Zuhur. Dari sekitar kawasan Terminal Cicaheum, kami berangkat dengan cuaca sudah mendung. Baru sampai kawasan Dago hujan deras langsung mengguyur Kota Bandung.
Kardus berisi minuman berperasa buah atau sering kami sebut 'Orson' kala itu terkena air dari hujan. Kardus mulai melembek dan akhirnya berlubang di salah satu sisi. Dua botol orson pun jatuh ke jalan yang sudah tergenang hujan.
Beruntung tidak pecah, ayah saya meminta saya turun dan segera mengambil botol tersebut. Dengan derasnya hujan, botol tersebut meluncur jauh di jalanan yang menurun. Beruntung ada orang yang mengambil botol tersebut dan memberikannya pada saya.
Kami kemudian berhenti di salah satu pakiran rumah milik orang lain untuk berbenah. Botol-botol orson dipindahkan ke plastik hitam besar untuk saya simpan di bagian tengah motor.
Sepanjang perjalanan saya peluk erat botol ini sebagai barang berharga yang akan diberikan pada sanak saudara di kampung halaman. Sebab, jika sampai botol ini rusak, bisa jadi amarah ibu saya membuncah karena sudah menyiapkannya sejak jauh-jauh hari.
Di bawah hujan yang terus mengguyur. Saya memeluk erat plastik bawaan dan jaket yang dipakai ayah. Selama dua jam perjalanan, saya sangat jarang melihat jalanan karena berada di bawah tutupan jas hujan.
Sesampainya di Subang, dua kardus yang saya bawa langsung dibongkar. Kue dan botol orson langsung dibagikan ke saudara yang sudah menunggu kedatangan 'orang kota', kalau kata mereka. Senyuman kebahagian mereka ini menjadi hal menyenangkan juga untuk kami yang sengaja pulang ke kampung halaman untuk berlebaran.