Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Waspada Pupuk Palsu, Ini Cara Bedakan yang Asli dan Tidak

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Produksi pupuk palsu terus dibongkar kepolisian termasuk di Jawa Barat. Baik yang subsidi maupun non-subsidi banyak yang dipalsukan dan diperjualbelikan ke petani.

Senior Manager Wilayah Jabar dan Banten Pupuk Indonesia, Saroyo Utomo mengatakan bahwa pupuk non-subsidi yang baru saja ditemukan oleh Polda Jabar mirip dengan Phonska yang selama ini diperjualbelikan oleh Pupuk Indonesia. Secara kasat mata pupuk tersebut sangat mirip baik dalam bentuk warna.

"Cara untuk membedakan paling gampang ya mereka para petani itu di tangannya pasti lebih peka dari pada kita. Karena mereka ini sudah terbiasa pegang pupuk urea yang mereknya dari Pupuk Indonesia. Karena ada nitrogennya ini jadi agak panas kalau dipegang," kata Saroyo di Polda Jabar, Jumat (22/11/2024).

Selain itu, cara gampang pun bisa dilihat dari label di karung yang ada. Ada perbedaan di mana pupuk Phonska yang ada asli punya label Pupuk Indonesia, sedangkan yang palsu itu labelnya dari PT tertentu.

1. Bisa rugikan petani dari produksi yang menurun

ilustrasi orang sedang menyemprot pestisida di sawah. (Pexels.com/Balazs Simon)

Dia menuturkan, pupuk palsu ini jelas bisa merugikan para petani karena kandungan bahan kimia yang seharusnya ada dalam pupuk asli tidak ada dalam pupuk palsu tersebut. Misalnya, ketika ada petani yang menanam dan memperkirakan hasil pertaninnya bisa mencapai 6 ton dalam 1 hektare, ketika menggunakan pupuk palsu maka hasilnya bisa di bawah taksiran tersebut bahkan sampai gagal panen.

"Ini biasanya dijual untuk petani padi atau palawija," kata dia.

Untuk itu, petani diharapkan bisa membeli pupuk dari kios yang benar khususnya yang bekerjasama dengan Pupuk Indonesia.

2. Harga pupuk asli bisa capai Rp350 ribu per karung

IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia menuturkan, harga pupuk non-subsidi palsu ini memang sangat murah di angka Rp40 ribu per karung. Sementara untuk pupuk dengan merek serupa yang dijual oleh Pupuk Indonesia harganya bisa mencapai Rp350 ribu hingga Rp400 ribu per karung.

Menurutnya, pupuk NPK yang non-subsidi ini tidak hanya diproduksi oleh pemerintah, tapi banyak juga perusahaan swasta ikut serta. Artinya, ketika ada pembuatan pupuk palsu ini yang dirugikan bukan hanya petani, tapi juga produsen pupuk NPK.

"Jadi yang beli ini mungkin karena keterpaksaan petani ketika mereka tidak ada uang beli pupuk dan ada yang murah pasti langsung diambil," ujarnya.

3. Banyak digunakan petani tak dapat subsidi

IDN Times/Debbie Sutrisno

Saroyo memprediksi produksi pupuk palsu ini lama berjalan karena barang yang dijual masih banyak diterima petani khususnya mereka yang tidak masuk dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani). Sehingga dengan harga yang sangat miring para petani tersebut kemudian membelinya mesti tidak tahu kandungan pupuk tersebut yang bisa berdampak buruk pada hasil produksi.

Untuk itu, dia pun meminta para petani bisa mendaftarkan diri dalam RDKK sehingga bisa mendapatkan pupuk subsidi dari pemerintah sehingga produksi pertaniannya bisa lebih baik.

"Karena kalau petani yang sudah terdaftar ini alokasinya banyak di kios-kios kami," paparnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
Debbie sutrisno
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us