Waspada! Cuaca Ekstrem dan Banjir Rob Ancam Kabupaten Cirebon

Cirebon, IDN Times - Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, diprediksi masih akan menghadapi ancaman cuaca ekstrem dalam beberapa hari mendatang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir rob, hingga angin kencang yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Peringatan ini dikeluarkan seiring dengan masuknya sebagian besar wilayah Indonesia ke musim penghujan yang dipengaruhi oleh fenomena La Nina.
Fenomena ini memicu peningkatan curah hujan hingga 20% dan diperkirakan berlangsung hingga awal 2025
1. Wilayah pesisir Kabupaten Cirebon dalam ancaman
Berdasarkan hasil asesmen Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, tiga wilayah pesisir di Kabupaten Cirebon berada dalam risiko tinggi terkena banjir rob.
Wilayah tersebut meliputi Desa Ambulu (Kecamatan Losari), Mundu Pesisir (Kecamatan Mundu), dan Desa Gebang (Kecamatan Gebang).
“Beberapa tahun lalu, banjir rob juga pernah terjadi di wilayah ini. Tidak hanya Kabupaten Cirebon, tetapi juga sejumlah kota lain di pesisir utara Jawa,” ujar Sub Koordinator Kebencanaan Ahli Muda BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda, Kamis (14/11/2024).
Selain ancaman banjir rob, Juwanda menyebutkan bahwa kiriman air dari wilayah hulu, yaitu Kabupaten Kuningan, turut memperburuk situasi banjir di daerah pesisir.
“Kalau kiriman air dari hulu bertemu dengan banjir rob, dampaknya bisa sangat parah. Hal ini menjadi tantangan besar dalam mitigasi bencana,” tambahnya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk segera meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem.
Menurutnya, kondisi hidrometeorologi yang buruk memerlukan langkah antisipasi yang serius, terutama untuk wilayah rentan bencana seperti pesisir Kabupaten Cirebon.
“Curah hujan tinggi akibat fenomena La Nina akan meningkatkan risiko banjir, longsor, hingga banjir rob. Pemerintah daerah perlu memastikan kesiapan infrastruktur untuk meminimalkan dampak,” ujar Dwikorita.
Ia menekankan pentingnya optimalisasi infrastruktur sumber daya air seperti drainase, kolam retensi, dan sistem resapan di wilayah-wilayah yang sering terdampak banjir.
"Waduk, embung, dan tempat penyimpanan air buatan lainnya harus dipastikan berfungsi dengan baik agar mampu menampung curah hujan tinggi di musim penghujan dan menyimpan air untuk musim kemarau mendatang,” imbuhnya.