Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Debbie Sutrisno
IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Pembelian emas di kantor Antam masih menjadi buruan masyarakat. Salah satunya di Kantor Antam yang ada di Jalan Riau, Kota Bandung.

Dari pantauan IDN Times, warga sudah mengantre sejak pagi hari. Hingga pukul 09.00 WIB calon pembeli emas sudah mencapai antrean sebanyak 209.

Salah satu pembeli, Resi, rela antre dari pagi untuk bisa membeli emas dalam bentuk fisik di Antam. Membeli lebih dari 10 gram saat ini dia menilai bahwa investasi ini menguntungkan ketimbang yang lainnya.

"Dulu terakhir beli akhir tahun lalu, sekarang harganya jauh banget makanya saya mau beli lagi," kata dia, Senin (14/5/2025).

Resi sebenarnya tidak hanya menginvestasikan uangnya di logam mulai emas. Namun, melihat harga emas yang diprediksi akan terus melambung, dia pun memilih untuk membeli emas dulu dibandingkan dengan deposito atau tabungan berjangka lainya di perbankan.

"Kalau lihat trennya kan ini naik terus ya, dan banyak prediksi bahwa akan terus naik, jadi saya beli saja. Dan ini emang buat jangka panjang bukan cuman beli terus jual lagi," kata Resi.

1. Lebih nyaman membeli fisik

IDN Times/Debbie Sutrisno

Membeli emas dalam bentuk fisik lebih disukai ketimbang membeli emas yang disimpan dalam bentuk daring (online). Santi misalnya, dia lebih memilih datang ke Antam untuk membeli emas secara fisik dan melihatnya langsung, walaupun sudah banyak perusahaan termasuk bank yang menjual emas dalam bentuk online.

"Kalau ini kan bisa lihat langsung, bisa kita pegang lah istilahnya. Jadi lebih suka beli fisik saja," kata Santi.

Dia sempat membeli emas dalam bentuk online di bank, karena memang bisa menabung walaupun tidak harus langsung beli satu gram. Cara ini dianggap lebih praktis ketika memang uang yang akan ditabung tidak menentu.

"Jadi ada dua tabungan satu yang online, satu yang fisik gini dari Antam. Pas ada uangnya berapa saya itung lebih bagus beli online atau ke toko. Yang penting kita tabungkan ke emas aja kalau sekarang," kata dia.

2. Pembelian di Pegadaian pun terus naik

ilustrasi emas batangan (pexels.com/Michael Steinberg)

Harga emas terus mengalami kenaikan yang signifikan dalam setahun ke belakang. Meski harganya terus melambung, masyarakat nyatanya masih berani untuk membeli atau menyicil emas, salah satunya melalui PT Pegadaian.

Pemimpin Wilayah X Jawa Barat, Dede Kurniawan mengatakan, setelah PT Pegadaian resmi menjadi bank emas pertama di Indonesia, angka investasi pada emas di perusahaan milik pemerintah ini terus tumbuh. Dalam sebulan terakhir saja, cicil emas pertumbuhan secara tahunan sudah mencapai 112 persen.

"Ini melesat dibandingkan periode sama tahun lalu atau pas saat di Bulan Ramadan tahun lalu juga karena beda hanya hitungan hari kan," kata Dede.

Selain ada kenaikan pada pembelian emas yang dicicil oleh masyarakat, jumlah tabungan emas juga ada kenaikan pada angka 103 persen. Kenaikan ini tidak terlepas dari cara membeli emas yang makin mudah tidak harus datang ke kantor Pegadaian, tapi bisa langsung secara daring. Di sisi lain, produk gadai mengalami pertumbuhan hingga 26,69 persen.

3. Instrumen ini layak jadi investasi jangka panjang

IDN Times/Debbie Sutrisno

Menurutnya, banyaknya minat masyarakat berinvestasi pada instrumen emas tidak terlepas dari tren harga yang terus meningkat. Pegadaian mencatat pada 2013 harga emas hanya Rp535 ribu per gram. Sekarang hanya dalam 12 tahun saja harganya sudah tembus Rp1,7 juta per gram.

"Naiknya (emas) sangat signifikan sampai sekarang. Dan setelah peluncuran bank emas ini ada pertumbuhan bisnis yang baik (di Pegadaian), kami juga siapkan banyak program," ujarnya.

Di perusahaan ini, lanjutnya, masyarakat bisa membeli emas dengan hanya 0,01 gram saja. Berbeda ketika harus datang ke toko emas minimal mereka harus membeli 1 gram.

Selain itu masyarakat pun bisa mengikuti beragam program seperti cicil perhiasan dengan jaminan saldo tabungan emas.

Editorial Team