Warga Bandung Barat tidak bisa tidur selama 7 tahun. (IDN Times/Bagus F)
Dari hasil diagnosis, dokter memberinya resep obat tidur dan obat penenang. Obat itu diharapkan bisa mendatangkan rasa kantuk untuknya. Berbekal kepercayaan pada sang dokter, Cucu akhirnya rajin mengkonsumsi obat tersebut.
Anak Cucu, Fanni Fadillah (19 tahun) setia menemani sang ibu setiap ia memeriksakan kesehatannya. Fani menyebutkan, obat dari dokter sebenarnya sempat berdampak pada ibunya.
"Obatnya kalau tidak salah namanya Alfrazolam. Dikonsumsi kurang lebih satu tahun sekitar tahun 2018-2019 lalu. Mamah bisa tidur pules (pas awal-awal mengonsumsi) tapi makin sini efek obatnya makin kurang," katanya.
Selanjutnya, Fanni bercerita jika ibunya kembali konsultasi ke dokter dan mengutarakan jika obatnya kurang manjur. Ketika itu dokter memutuskan untuk menambah dosis obat pada Cucu.
"Tapi lama kelamaan efek ke badan mamah jadi berubah. Awalnya bahu gak seimbang, terus jalan jadi goyang-goyang kiri-kanan, dan sekarang-sekarang seperti itu," tutur Fanni.
Jika sebelumnya tubuh Cucu masih normal, saat ini Cucu terpaksa harus mengurangi aktivitasnya. Cucu hanya bisa terbaring di tempat tidur lantaran merasakan nyeri pada urat sarafnya. Bagian tubuhnya kerap kali bergerak spontan menggeliat ke kanan kiri.
Kini, Cucu ditemani dan dirawat oleh dua anaknya dan tinggal di Desa Mandalamukti, Cikalongwetan. Ia sengaja tinggal di kediaman anaknya agar bisa hidup dan dirawat oleh anaknya.
"Kayanya sih efek dari Alfrazolam. Soalnya sebelum konsumsi obat itu mamah masih bisa beraktivitas normal," kata Fanni.