Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250804_093050.jpg
Pemeriksaan kesehatan gratis di SMP Persis 1-2 Kota Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Intinya sih...

  • Waspadai penyakit pada anak-anak, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, dan Tuberkulosis paru

  • Ada 53 juta siswa yang akan diperiksa hingga akhir tahun 2025 di 282.317 sekolah resmi

  • Harapannya berdampak pada penurunan stunting dengan siswa yang sehat di masa depan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Puluhan siswa di Madrasah Tsanawiyah Persis 1-2 di Kota Bandung melakukan cek kesehatan gratis (CKG). Kegiatan ini merupakan program yang diselenggarakan pemerintah pusat di seluruh wilayah di Indonesia.

Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga) Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengatakan, pemeriksaan kesehatan untuk siswa merupakan komitmen pemerintah untuk mewujudkan asta cita ke-4 yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sekolah sendiri dipandang menjadi tempat menyiapkan masa depan sebuah bangsa sehingga perbaikan SDM harus diutamakan demi generasi emas 2045.

"Dan untuk menjadi generasi emas tentu saja mereka harus sehat, untuk sehat ini salah satunya dengan cek kesehatan gratis karena kami ingin ke depannya tidak lagi fokus pada pengobatan tapi pada pencegahan," kata Ayu ditemui di Bandung, Senin (4/8/2025).

Dari pantauan IDN Times, puluhan siswa kela VII sudah mengantre sejak pagi untuk pemeriksaan. Beberapa pemeriksaan dilakukan seperti screening HPV dan thalassemia.

1. Waspadai penyakit pada anak-anak

Pemeriksaan kesehatan gratis di SMP Persis 1-2 Kota Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia menuturkan, sekarang banyak penyakit yang bisa menjangkit anak-anak dengan banyaknya kegiatan maupun makanan yang dikonsumsi. Alhasil tak sedikit anak terdeteksi Hepatitis B, Hepatitis C, hingga Tuberkulosis (TB) paru.

Karena penyakit ini bisa berdampak buruk maka harus ada pemeriksaan lebih awal sehingga mereka tidak sakit secara berkepanjangan. Selain itu siswa juga diminta cek kesehatan mata agar mereka bisa tahu kondisi mata ketika belajar.

"Kalau rabun khususnya rabun jauh kan pasti susah belajar kalau tidak menyesuaiakan. Pemeriksaan ini penting agar ada penanganan lebih cepat," ujarnya.

2. Ada 53 juta siswa untuk diperiksa hingga akhir tahun

Pemeriksaan kesehatan gratis di SMP Persis 1-2 Kota Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Cek kesehatan gratis 2025 di sekolah dan madrasah resmi dimulai hari ini Senin, 4 Agustus 2025. Program ini menargetkan 53 juta siswa hingga Desember 2025 mendatang.

Total jumlah satuan pendidikan yang menjadi sasaran CKG ada 282.317 sekolah. Para siswa mulai tingkat SD hingga SMA akan memperoleh berbagai jenis pemeriksaan kesehatan. Namun, setiap jenjang akan mendapatkan pemeriksaan yang sedikit berbeda. Jenis pemeriksaan sesuai dengan jenjang pendidikan, termasuk

SD (7-12 tahun): meliputi 13 jenis pemeriksaan seperti nutrisi, mata, gigi, telinga, tekanan darah, gula darah, TBC, kesehatan reproduksi, hingga deteksi perilaku merokok untuk siswa kelas 5-6.

SMP (13-15 tahun): 15 jenis pemeriksaan dengan tambahan screening HPV dan thalassemia untuk siswa putri kelas 9.

SMA (16-17 tahun): pemeriksaan hampir sama dengan SMP, tetapi screening HPV hanya dilakukan untuk siswa putri di jenjang SMP.

3. Harapannya berdampak pada penurunan stunting

Pemeriksaan kesehatan gratis di SMP Persis 1-2 Kota Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandung Erwin menuturkan bahwa siswa yang sehat akan berdampak baik untuk ketangguhan mereka di masa depan. Sebab untuk menjadi SDM kuat tidak hanya harus cerdas, melainkan mereka juga harus tangguh secara mental dan fisik, termasuk kesehatannya.

Lewat pemeriksaan ini, kata dia, diharapakan pelajar perempuan khususnya bisa memiliki kesehatan yang baik ketika dewasa. Kondisi itu jelas akan memengaruhi angka stunting di Kota Badung di kemudian hari.

"Ini jadi semangat kami juga di Pemkot untuk memperbaiki kesehatan anak-anak. Ini jadi penguat kita," kata dia.

Editorial Team