Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Wali Kota Bandung Cari Ahli untuk Atasi Persoalan Sampah Organik

ilustrasi sayuran organik (pexels.com/RDNE Stock project)

Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung masih kewalahan dalam mengolah sampah khususnya organik atau limbah sisa makanan. Dengan jumlah yang tinggi, tempat dan alat pengolahan ini belum maksimal sehingga jumlah sampah yang harus diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) tetap tinggi.

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, dibandingkan sampah nonorganik sampah organik ini menjadi momok bagi pemerintah daerah. Semakin banyak tempat kuliner atau penginapan membuat limbah sisa makanan ini makin menumpuk.

"Yang menjadi masalah terbesar di Kota Bandung ini adalah sampah food waste, sisa makanan. Ini berat banget kami belum menemukan teknologi untuk menghancurkan dengan cepat," kata Farhan ditemui di Balaikota Bandung, Selasa (8/4/2025).

1. Lebih merepotkan ketimbang limbah plastik

IDN Times/Yogi Pasha
IDN Times/Yogi Pasha

Dia menuturkan, saat ini masyarakat sudah semakin pandai dalam mengolah limbah plastik. Berbagai aturan diterapkan untuk meminimalisir plastik berserakan masuk ke tempat pembuangan sementara (TPS).

Belum lagi tempat pengolahan limbah plastik atau non-organik lainnya terus bermunculan sehingga sampah dari jenis ini makin sedikit di Bandung. Berbeda dengan jumlah limbah organik terus meningkat angkanya.

Salah satu yang menjadi perhatian dari limbah organik adalah limbah daun pisang karena banyak makanan yang diolah pedagang Bandung ini menggunakan daun pisang.

"Jadi saya mengundang seluruh ahli untuk mencari solusi teknologi pengolahan kembali dengan cepat untuk daun cau (daun pisang)," paparnya.

2. Makin banyak warga buang sampah pinggir jalan

Di sisi lain, Farhan pun menyoroti banyaknya timbunan sampah di pinggir jalan yang terjadi selama masa Ramadan dan Lebaran. Dari tinjauan aparat kewilayahan setidaknya ada 11 titik yang dijadikan tempat timbunan sampah dalam volume cukup besar, salah satunya di daerah Cicadas.

"Jadi kumpul baru kan di pinggir jalan. Buang sampah di pinggir jalan sekarang banyak banget di setiap wilayah. Paling tidak ada sekitar 11 titik baru," kata Farhan.

Ini menjadi masalah baru yang harus cepat diselesaikan juga karena jika dibiarkan akan membuat timbunan sampah tidak terkontrol. Farhan akan meminta aparat kewilayahan baik di tingkat RT,RW, hingga kelurahan agar bisa memberikan edukasi pada warga sekitar.

3. Pengolahan sampah oleh pihak swasta belum maksimal

Ilustrasi sampah (Emmet di Pexels)

Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung Dudi Prayudi mengatakan bahwa kota ini menghasilkan 1.400-1.500 ton sampah per hari, terutama pada akhir pekan. Berdasarkan data DLH Kota Bandung, pengelolaan sampah oleh vendor saat ini mencapai 67,22 ton per hari, antara lain 25,9 ton sampah organik, 8,04 ton material daur ulang, dan 8,18 ton residu.

”Dari 48 vendor yang terdaftar, hanya 12 yang sudah memiliki rekomendasi teknis. Adapun 20 vendor masih dalam proses dan 12 lainnya belum mengajukan. Kami mendorong semua vendor segera melengkapi persyaratan ini,” ujar Dudi beberapa waktu lalu.

Tumpukan sampah, lanjutnya, jika tidak diatasi bisa jadi kian tenggelam kian dalam di lautan sampah. Diperlukan sinergi berbagai pihak dalam mengatasi sampah sehingga Bandung tidak selalu dikaitkan sebagai daerah penghasil sampah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debbie sutrisno
EditorDebbie sutrisno
Follow Us