Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250630-WA0055.jpg
Wagub Erwan Setiawan (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Intinya sih...

  • Wakil Gubernur Jabar, Erwan Setiawan, meminta SPPG tutup jika tidak memiliki SLHS

  • SLHS penting untuk jaminan mutu sajian MBG dan meminimalisir keracunan makanan

  • Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan membentuk Satgas pengawasan dan MoU dengan BGN untuk evaluasi bersama di Kota Bogor

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan menyatakan, belum semua dapur Satuan Layanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jabar memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Dari 2.500 dapur Makan Berizi Gratis (MBG) yang ada di 27 kabupaten dan kota, dipastikan hanya beberapa yang sudah memiliki SLHS.

"Saya yakin belum semua, bahkan mungkin baru 10–20 persen yang sudah memiliki sertifikasi tersebut," kata Erwan kepada wartawan usai acara Adminduk Prima, di Gedung Sate pada Rabu (8/10/2025).

1. Dalam waktu dekat akan ada pertemuan dengan SPPG dan BGN

Wagub Jabar Erwan Setiawan (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Erwan menilai, SLHS penting dimiliki SPPG guna menjamin mutu sajian MBG yang diproduksi untuk para penerima, baik pelajar hingga ibu menyusi, sekaligus sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya keracunan makanan.

Pemprov Jabar bersama Badan Gizi Nasional (BGN) berencana mengumpulkan semua SPPG termasuk ahli gizi hingga tim pengawas kualitas di Jawa Barat dalam waktu dekat. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya evaluasi menyeluruh, termasuk untuk memastikan kepemilikan SLHS.

Selain itu, hal ini dilakukan sebagai evaluasi menyeluruh, menyusul maraknya keracunan massal siswa diduga usai menyantap sajian MBG di Jawa Barat. Namun, Erwan belum memastikan kapan waktu pertemuan tersebut.

"Kemarin, Kepala BGN mengumpulkan seluruh SPPG di Jawa Tengah di Stadion Jatidiri bersama Gubernur Jawa Tengah. Hari ini giliran Jawa Timur. Rencananya, untuk Jawa Barat, dalam waktu dekat," ungkapnya.

2. Jika tidak memiliki SLHS akan ditutup

Wakil Gubernur Jabar Erwan Setiawan (Humas/Pemprov Jabar)

Lebih lanjut, Erwan menegaskan, apabila usai pertemuan itu masih ada SPPG yang belum memiliki SLHS, maka disarankan untuk diberikan sanksi tegas, salah satunya penutupan. Dengan begitu, harapannya tiap SPPG benar-benar memenuhi standar dan tidak ada lagi kasus keracunan atau gangguan kesehatan pada penerima manfaat.

"Kalau ada SPPG yang tidak mempunyai sertifikasi tersebut kita tutup. Tidak boleh ada yang beroperasi yang belum punya sertifikasi," katanya.

3. Dedi Mulyadi sudah minta BGN evaluasi menyeluruh aturan teknis di SPPG

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Senada dengan Erwan, Sekda Provinsi Jabar, Herman Suryatman juga membenarkan masih banyak SPPG belum mengantongi SLHS. Tercatat pada 22 September 2025 jumlah SPPG di Jabar ada sebanyak 2.027, dengan 6.602.000 penerima, dan dari angka itu kebanyakan belum memiliki sertifikat tersebut.

"Itu kan ada dua sertifikat terkait tata kelola dan higienitasnya yang harus dipenuhi oleh semua SPPG. Potret (di lapangan) yang langsung kita bisa simpulkan karena sangat terbatas yang sudah punya sertifikat," kata Herman, belum lama ini.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga akan membentuk satuan tugas (Satgas) pengawasan dan sudah membuat MoU dengan BGN setel dilakukan evaluasi bersama di Bale Pakuan Pajajaran, Kota Bogor, Senin (29/9/2025).

MoU ini berisi beberapa usulan dari hasil evaluasi Gubernur Dedi Mulyadi bersama Kepala BGN Dadan Hindayana. Salah satu usulannya meminta agar guru jangan dijadikan sebagai pencicip makanan, melainkan ada dari satgas yang akan dibentuk.

Tim ini nantinya bertugas melakukan pemeriksaan menyeluruh, mulai dari penyiapan bahan baku, proses memasak, pengiriman, hingga pengecekan kualitas makanan. Bahkan, untuk memastikan keamanan, tim khusus akan ditugaskan mencicipi makanan sebelum didistribusikan.

"Yang mencicipi tidak boleh guru, tetapi tim yang melakukan pemeriksaan terhadap kelayakan bahan pangan," kata Dedi.

Editorial Team