ilustrasi vaksinasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro mengungkapkan bahwa pemerintah memutuskan memasukan warga lansia di kelompok kedua penerima vaksin. Sebab saat ini belum ada vaksin COVID-19 yang terbukti aman bagi kelompok itu. Meski begitu, tak dimungkiri bahwa kelompok lansia butuh perhatian lebih dalam vaksinasi.
Sri menyebut pemerintah harus berhati-hati dalam memilih vaksin. Khususnya bagi lansia yang tubuhnya butuh perhatian lebih ketimbang orang di usia produktif yakni 18-59 tahun.
"Reaksi tubuh lansia merespons sistem imun dari vaksin kan berbeda. Tak sekuat yang menerima di usia muda," ujar Sri ketika dihubungi IDN Times pada malam ini.
Ia mengakui sudah membaca hasil studi mengenai vaksin CoronaVac di Brasil yang terbukti aman untuk kaum lansia. Tetapi, ITAGI belum memperoleh secara resmi data soal studi itu.
"Kami harus mengkaji dulu (soal kaum lansia yang didahulukan untuk menerima vaksin CoronaVac), karena semuanya harus didasari publikasi ilmiah (di jurnal) bukan publikasi dari media. Karena bila hanya mengandalkan publikasi di media (hasil studi) tidak lengkap dan tak bisa dipertanggung jawabkan," tutur dia.
Ia menegaskan, ITAGI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hanya akan menggunakan hasil publikasi resmi untuk dikaji lebih lanjut. ITAGI mengatakan, baru akan mengubah rekomendasinya bila sudah diberi lampu hijau dari BPOM.
"Tapi, ini sedang dibicarakan lebih lanjut dengan BPOM," ungkapnya.