Vaksinasi Anak di Bawah 12 Tahun, Apa Kata Ahli Kesehatan Anak?

Bandung, IDN Times - Pemerintah pusat masih belum memutuskan kebijakan vaksinasi anak di bawah 12 tahun atau 6-11 tahun. Saat ini, kebijakan itu masih dalam proses kajian dan penelitian dari para ahli.
dr. Rodman Tarigan, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) mengatakan, vaksinasi anak umur 3-11 tahun masih menunggu hasil kajian untuk menilai keamanan dan dosis dengan jumlah subyek yang memadai.
"Beberapa produsen tengah melakukan uji klinis vaksin COVID-19 pada anak. Dari berbagai uji klinis, ada yang sudah menghasilkan efikasi. Sisanya ada yang belum publikasi, bahkan proses uji klinisnya masih berlangsung," ujar Rodman, dalam keterangan resmi beberapa waktu kemarin.
1. Pfizer tengah melakukan uji coba pada anak-anak

Rodman bilang, vaksin Pfizer sudah melakukan uji klinis fase III pada kelompok anak usia 12-15 tahun dengan subyek uji klinis sebanyak 2.260 orang. Hasil uji klinis tersebut menghasilkan efikasi vaksin sebesar 100 persen. Saat ini, Pfizer kemudian tengah melanjutkan uji klinis untuk kelompok usia 5-11 tahun.
"Kalau ini hasilnya baik juga, maka uji klinis akan dilanjutkan ke kelompok yang lebih muda, 2-5 tahun, dan 6 bulan sampai 2 tahun," ucapnya.
2. Banyak pengembang vaksin dari luar negeri yang masih melakukan uji coba pada anak-anak

Selain Pfrizer, Rodman mengatakan, Moderna juga tengah melakukan uji klinis fase III kepada kelompok usia 6 bulan hingga 12 tahun. Adapun targetnya berbeda dari Pfizer. "Uji klinis ini memiliki target 6.000 subyek dengan tiga formulasi dosis yang akan diujicobakan," katanya.
Kemudian, produsen vaksin Sinovac sendiri telah melakukan uji klinis fase I dan II pada umur 3-17 tahun. Uji klinis ini sudah memberikan respons imun cukup baik dan aman. Reaksi demam pada umur 3-5 tahun dan 6-11 tahun masing-masing 8,77 persen dan 3,70 persen.
3. Banyak anak kecil yang terinfeksi COVID-19

Sedangkan, vaksin Johnson & Johnson asal Amerika Serikat, kini menjadi satu-satunya vaksin yang disuntikkan kepada kelompok bayi yang baru lahir. Meski sudah berhasil, menurutnya, uji klinis sempat terganggu karena adanya isu penggumpalan darah. Isu ini juga ditemukan pada uji klinis vaksin Astrazeneca.
"Anak menjadi kelompok yang rentan terpapar COVID-19. Hal ini terlihat dari data COVID-19 global yang menunjukkan bahwa dari 8 orang yang terpapar COVID-19, satu persennya merupakan anak-anak," jelasnya.
4. Anak kecil sangat berisiko terinfeksi COVID-19

Meski paparan COVID-19 pada anak dan remaja sebagian besar mengalami gejala ringan atau bahkan tanpa gejala, Rodman bilang, ada beberapa kasus anak mengalami gejala berat.
Gejala berat biasanya terjadi pada anak dengan komorbid.
"Mengapa di kelompok usia ini? Karena pada usia ini, rasa ingin tahu anak tinggi. Selain itu, anak usia ini lebih suka berkumpul dengan kelompok sebayanya dan banyak melakukan aktivitas di luar, sehingga risiko mereka bertemu orang lebih banyak, risiko terpaparnya semakin tinggi," kata dia.