Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251027_175929.jpg
IDN Times/Yogi Pasha

Intinya sih...

  • Pemkot Bandung telah membuat 27 rumah pompa untuk mengatasi banjir dan genangan air di kota tersebut.

  • Program mapag hujan dilakukan untuk membersihkan selokan dan sungai bersama masyarakat agar air bisa mengalir dengan baik saat terjadi limpahan hujan.

  • Seluruh upaya penanganan banjir dilakukan sebagai persiapan menghadapi puncak musim hujan yang diprediksi terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Akhir Oktober ini Kota Bandung mulai diguyur hujan dengan intensitas sedang ke tinggi. Alhasil sejumlah daerah dan ruas jalan mengalami banjir. Salah satunya yang sempat viral ada di daerah Jalan Pasteur.

Wakil Wali Kota Bandung Erwin mengatakan bahwa penanganan banjir termasuk di Pasteur memang tidak bisa cepat diatasi. Sebab hal itu berkaitan dengan persoalan teknis lainnya, yaitu limpahan air daerah daerah lain.

"Dan sebagian saluran air tertutup bangunan liar. Banyak juga warga yang membuang sampah ke selokan," kata Erwin, Senin (27/10/2025).

1. Sudah buat puluhan rumah pompa

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu memantau Rumah Pompa Kali Tenggah di Kota Semarang. (dok. Pemkot Semarang) . (dok. Pemkot Semarang)

Menurutnya, Pemkot Bandung selama ini sudah banyak membuat rumah pompa untuk mengatasi banjir atau genangan air sehingga bisa segera surut meski tidak dalam hitungan cepat. Setidaknya sampai sekarang ada 27 rumah pompa yang dipergunakan atasi banjir.

Di sisi lain, ada juga program mapag hujan untuk membersihkan selokan dan sungai bersama masyarakat. Hal ini dilakukan agar air bisa mengalir dengan baik ketika terjadi limpahan dari derasnya hujan.

"Saya juga menginstruksikan RW dan kelurahan untuk memantau anak sungai dan daerah erosi agar bisa diatasi sebelum longsor.

2. Seluruh upaya sudah dilakukan

ilustrasi banjir (pexels.com/Dibakar roy)

Erwin menambahkan, seluruh upaya tersebut dilakukan sebagai bagian dari persiapan menghadapi puncak musim hujan yang diprediksi terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Dengan kolaborasi antara pemerintah dan warga, ia berharap risiko banjir di Kota Bandung, khususnya kawasan Pasteur, dapat diminimalkan.

“Bandung ini kota yang topografinya kompleks, jadi butuh penanganan bersama. Kami terus berupaya agar setiap wilayah lebih siap, lebih tanggap, dan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan,” tandasnya.

3. Bandung Raya sudah masuk musim hujan

ilustrasi berdiam diri ketika hujan (pexels.com/Khoa Võ)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung memprakirakan cuaca sepekan ke depan akan didominasi kondisi cerah berawan pada pagi hari, disertai potensi hujan ringan hingga lebat di siang, sore, dan malam hari.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu menyampaikan, peralihan dari kemarau menuju musim hujan membuat cuaca di Bandung Raya bersifat dinamis dan tidak menentu.

"Masyarakat diimbau supaya tetap waspada terhadap potensi hujan sedang hingga lebat dalam durasi singkat dan skala lokal yang dapat disertai petir dan angin kencang antara siang, sore, atau malam hari. Kondisi ini dapat berdampak genangan, banjir, dan tanah longsor," ujar Teguh dalam keterangan tertulis.

BMKG mencatat, suhu udara di Bandung Raya selama periode 27 Oktober-2 November 2025 berkisar antara 20 hingga 33°C dengan kelembapan udara antara 50-90 persen. Sementara, menurut Teguh, arah angin umumnya bertiup dari tenggara dengan kecepatan 5–18 km/jam.

"Secara global, pergerakan angin baratan atau Monsun Asia mulai aktif dan menggantikan dominasi angin timuran dari Monsun Australia. Fenomena ini turut memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa Barat, termasuk Bandung Raya," papar dia.

Sementara untuk kondisi suhu permukaan laut di sekitar perairan Jawa Barat masih cukup hangat, sehingga ada kontribusi terhadap pertumbuhan awan hujan di skala lokal.

Editorial Team