Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Museum Nike Ardilla di Bandung (IDN Times/Galih Persiana)

Bandung, IDN Times – Tepat 27 Desember 1992, keluarga Nike Ardilla yang menjadi panitia acara ulang tahun dadakan kebingungan. Itu siang hari, di mana ratusan penggemar Nike mendatangi rumah sang bintang di daerah Cipamokolan, Kota Bandung, tanpa diundang. Para kolega Nike, yang sejatinya menjadi tamu undangan perayaan sweet seventeen itu terpaksa mengalah.

“Bukan apa-apa, kami kerepotan menyiapkan konsumsinya karena tidak tahu akan datang ratusan orang,” kata Alan Yudi, kakak kandung daripada Nike Ardilla, sambil mengenang masa-masa ulang tahun ke-17 adiknya.

Meski tanpa persiapan, acara ulang tahun itu berlangsung sempurna. Di depan para penggemar dan koleganya, Nike menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah mendukungnya di panggung hiburan.

Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi, atau akrab dengan nama Nike Ardilla adalah solois perempuan Indonesia yang mashyur di akhir 1980 dan awal 1990-an. Ia lahir di Bandung pada 27 Desember 1975, dan meninggal dunia di kota yang sama pada 19 Maret 1995 (usia 19 tahun). Sebuah kecelakaan tunggal mengakhiri hayatnya, tepat di kala ia tengah berada di puncak ketenaran.

Berpulangnya Nike menyisakan duka mendalam bagi publik Indonesia, terutama para penggemarnya. Jika saja kecelakaan tunggal itu tidak terjadi, dan Nike masih di sini menemani para penggemarnya, maka usianya hari ini menginjak 44 tahun.

Hari ini, 27 Desember 2019, Nike Ardilla Fans Club (NAFC) mengadakan sebuah haul untuk mengingat kembali pujaannya di Museum Nike Ardilla, Jalan Aria Utama, Kota Bandung. Mereka mengadakan sebuah pengajian yang juga diikuti oleh Inka Christie sebagai qoriah.

“Yang hadir sekitar 200 orang. Itu yang tercatat, ya, karena biasanya ada saja penggemar yang datang tanpa konfirmasi,” ujar Alan, saat ditemui IDN Times di Museum Nike Ardilla pada Senin (23/19).

Selain meninggalkan duka bagi para penggemarnya yang tak pernah surut hingga sekarang, wafatnya sang diva juga menyisakan berbagai macam teka-teki bagi pihak keluarga. Seperti kata pepatah; gajah mati meninggalkan gading. Nike boleh telah tiada, tapi ada jejak-jejak perjalannya yang masih tersisa.

IDN Times/Galih Persiana

1. Nike gemar memakai kata kiasan

Instagram.com/NikeArdillaOfficial

Di mata Alan, Nike merupakan sosok yang tak pernah blak-blakkan dalam mengungkapkan maksudnya. Semasa hidupnya, bungsu perempuan itu selalu menggunakan kata kiasan untuk menyampaikan sebuah maksud.

“Misalnya dia bilang: itu burung bagus ya kalau dimandikan (sambil menunjuk seekor burung dalam sarang). Padahal maksudnya, dia menyuruh saya mandi agar bersih. Saya memang jarang mandi,” kata Alan, yang juga diamanahi orang tuanya untuk mengawal Nike selama ia menghiasi dunia hiburan Tanah Air.

Alan mengaku baru memahami beberapa kata kiasan yang diungkapkan sang adik, mulai dari lima tahun setelah ia meninggal. Banyak hal yang sering Nike ungkapkan kepadanya, tanpa ia sadari bahwa perkataan tersebut memiliki maksud lain.

Ketika menghadiri ulang tahunnya yang ke-17, Alan mengingat, Nike juga mengatakan bahwa dirinya telah mempersembahkan sebuah bakti kepada teman-teman yang memerlukan. Alan tidak menangkap perkataan tersebut dan cenderung mengabaikannya. Barulah beberapa tahun setelah Nike wafat, Alan menyadari bahwa bakti tersebut adalah sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) yang dibangun Nike pada awal 1990-an.

“Mungkin karena jiwa sosialnya sangat kuat, ditambah dengan melihat langsung teman-teman yang berkebutuhan khusus di sekitar rumah dan tidak sekolah, maka Nike membuat SLB ini,” tutur Alan.

2. Tentang musafir yang bertanya arti Bismillah

Editorial Team

Tonton lebih seru di