Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-04 at 9.50.22 AM.jpeg
Pembersihan sampah di Pasar Gedebange Kota Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Intinya sih...

  • Jangan mau enak sendiri. Pemikiran masyarakat masih menggunakan slogan lama, padahal TPS sudah penuh. Masyarakat harus turut serta dalam mengurangi dan mengelola sampah mandiri.

  • Maksimalkan insinerator. Pemkot Bandung akan memanfaatkan insenerator untuk membakar sampah setelah survei ke masyarakat. Harga insinerator semakin terjangkau dan diharapkan dapat menghasilkan energi dari sampah.

  • Kampus harus ikut serta atasi persoalan lingkungan. Rektor Unisba menegaskan pentingnya kolaborasi dengan pemerintah dalam peningkatan kebersihan lingkungan, karena Islam telah lama menempatkan kebersihan sebagai bagian dari keimanan.

Bandung, IDN Times - Wali Kota Bandung Muhammd Farhan mengajak masyarakat untuk bisa mengurangi dan mengelola sampah secara mandiri. Musababnya, tempat pembuangan sampah (TPS) sudah kewalahan menerima kiriman sampah dari masyarakat. Bahkan pengiriman ke tempat pembuangan akhir (TPA) pun semakin dibatasi.

Hal ini disampaikan Farhan saat menghadiri seminar nasional tentang Kesadaran Lingkungan dan Pengelolaan Sampah di kampus Unisba. Dia menyebut bahwa jumlah sampah sekarang setiap harinya masih banyak padahal jumlah sampah yang bisa dikirimkan ke TPA Sarimukti dikurangi.

"Sampah di Bandung sehari bisa mencapai 1.500 ton, dan yang bisa dibuang ke TPA Sarimukti itu hanya 60 persen. Maka sisanya 40 persen tidak terangkut," kata dia, Rabu (9/7/2025).

1. Jangan mau enak sendiri

Diskusi Wali Kota Bandung terkait sampah di Kampus Unisba. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia mengatakan, saat ini pemikiran masyarakat masih memakai slogan lama yaitu buang sampah pada tempatnya. Padahal masalah yang ada sekarang tempatnya sudah tidak ada, sudah penuh. Maka membuang sampah ke tempat yang penuh hanya akan menimbulkan persoalan baru.

Untuk itu, dia meminta masyarakat tidak enak sendiri dengan asal membuang sampah ke TPS. Harus ada komitmen bersama agar bisa menurunkan tonase sampah termasuk mengelola sampah mandiri di kawasan pemukimannya.

"Kita akan lanjutkan program Kang Pisman ini dengan memanfaatka dan mengurangi sampah. Pemilihan dilakukan dan sampah organik bisa dikurangi pakai maggot," paparnya.

Dia berharap masyarakat tidak menolak keberadaan pengelolaan sampah memakai maggot karena ini masih menjadi cara terbaik sekarang dalam mempercepat pengurangan sampah organik.

2. Maksimalkan insinerator

Petugas mesin insinerator pengolahan sampah residu bantuan BDLF di Desa Jati Kulo Kabupaten Kudus. (IDN Times/Dhana Kencana)

Di sisi lain, lanjutnya, Pemkot Bandung memastikan bakal memanfaatkan insenerator yaitu dengan membakar sampah. Itu dilakukan setelah pemerintah melakukan survei ke masyarakat tentang cara apa yang ingin dipakai untuk menanggulangi tumpukan sampah.

"Tapi untuk dampak lingkungannya jangan tanya ke saya yah," kata dia.

Pemakaian alat ini pun makin masif karena teknologinya yang semakin bagus dan harganya pun terus turun. Jika dulu alatnya bisa mencapai Rp1,5 miliar, sekarang harganya ada yang di bawah Rp500 juta.

Di sisi lain, Farhan pun ingin memanfaatkan sampah ini menjadi energi yang sekarang sistemnya sudah dilakukan di Surabaya. Meskipun belum tahu dampak negatif pada lingkungan, dia memastikan bakal berupaya kurangi sampah di pemukiman warga.

3. Kampus harus ikut serta atasi persoalan lingkungan

Rektor Unisba, Prof. Dr. Edi Setiadi, S.H., M.H.,. IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Rektor Unisba, Prof. Edi Setiadi menuturkan, kegiatan ini merupakan respons akademik terhadap persoalan krusial yang tengah dihadapi masyarakat urban, khususnya di Kota Bandung, yaitu peningkatan volume sampah dan dampaknya terhadap kesehatan, estetika, serta kelestarian lingkungan. Dalam perspektif Islam, konsep hijrah tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan fisik, tetapi juga sebagai transformasi menuju kehidupan yang lebih baik, termasuk dalam hal kepedulian terhadap lingkungan.

Ia menegaskan, sebagai perguruan tinggi yang telah lama berdiri, kontribusi Unisba dalam implementasi Tri Dharma tidak akan pernah berhenti, bahkan terus ditingkatkan.

Unisba, lanjutnya, menyadari pentingnya kolaborasi dengan pemerintah sebagai bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat.

"Salah satu persoalan yang diangkat dalam seminar ini adalah masalah kebersihan lingkungan yang kian mendesak. Sampah dan perilaku membuang sampah sembarangan telah memberi dampak serius terhadap kerusakan lingkungan," paparnya.

Unisba, sebagai institusi pendidikan berbasis Islam, memahami bahwa ajaran Islam telah sejak lama menempatkan kebersihan sebagai bagian dari keimanan.

“Islam sebagai agama rahmatan lil alamin mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan dan kebersihan lingkungan. Kebersihan adalah pangkal kesehatan, dan hal ini tercermin dari berbagai perintah agama, seperti bersuci sebelum beribadah,” tambah Rektor.

Ia juga menekankan bahwa kebersihan lingkungan harus menjadi tujuan dalam beribadah dan bagian dari sistem peradaban umat Islam. Karena itu, Unisba berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam mengatasi persoalan lingkungan secara berkelanjutan, melalui institusi maupun para dosen ahli di bidang pengelolaan sampah.

Editorial Team