Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gedung Sate, ikon bersejarah Kota Bandung yang identik dengan suasana sejuk dan asri
Gedung Sate, ikon bersejarah Kota Bandung yang identik dengan suasana sejuk dan asri

Intinya sih...

  • TPPAS Lulut Nambo dioperasikan kembali oleh DLH Jabar setelah kontrak dengan PT JBL berakhir.

  • Komitmen pengiriman sampah dari daerah sekitar telah disepakati hingga Desember 2025, dengan harapan kapasitas pembuangan bisa bertambah di tahun mendatang.

  • TPPAS Lulut Nambo direncanakan dapat menampung sampah hingga 2.300 ton per hari dan menghasilkan RDF sebagai bahan bakar alternatif untuk industri semen.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional (TPPAS) Lulut Nambo di Kabupaten Bogor, dioperasikan kembali. Pengelolaan pun langsung ditangani Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat.

Diketahui, pengoperasian TPPAS Lulut Nambo sebelumnya dikelola oleh PT Jabar Bersih Lestari (JBL), anak usaha BUMD PT Jasa Sarana. Namun, kontraknya berakhir, Pemprov Jabar pun melakukan evaluasi karena perusahaan tersebut ditemukan kasus dugaan korupsi.

Selama penghentian, pengelolaan sementara dilakukan oleh DLH, dan saat ini resmi dioperasikan kembali melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Sampah Terpadu Regional, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat.

"Reaktifasi kembali Penerimaan sampah di TPPAS Regional Lulut Nambo dengan kapasitas operasi 50 ton/hari dengan pengoperasian oleh UPTD PSTR DLH Jabar," ujar Kepala DLH Jawa Barat, Ai Syaadiah Dwidaningsih saat dikonfirmasi, Senin (13/10/2025).

1. Kesepakatan awal hanya sampai Desember 2025

Ilustrasi pemanfaatanampah jadi RDF. (Beritajakarta.id)

Meski sudah dioperasikan kembali, Ai menjelaskan, ada beberapa komitmen yang sudah disepakati bersama dengan pemerintah daerah yang membuang sampahnya di TPPAS Lulut Nambo.

Adapun komitmen pengiriman sampah ini yaitu, Kabupaten Bogor 30 ton/hari, Kota Bogor 10 ton/hari, Kota Tangsel 10 ton/hari, Kota Depok 0 ton/hari.

"Komitmen ini berlaku sampai dengan Desember 2025 dengan ketentuan dapat dilakukan penyesuaian jika diperlukan. Alhamdulillah pelaksanaannya berjalan lancar," ucapnya.

2. Ditargetkan kapasitas bisa sampai 2.300 ton per hari

Hasil tangkapan layar video pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif/RDF (Dok. Kemenko Marves)

Lebih lanjut, Ai mengharapkan, nantinya kapasitas pembuangan bisa lebih bertambah do tahun mendatang, agar penanganan spah khususnya di wilayah Bogor dan Kota Depok bisa lebih diminimalisir dengan baik.

"Diharapkan dapat ditingkatkan kapasitasnya sampai dengan 150-300 ton/hari pada tahun 2026 sehingga lebih banyak sampah yang terolah," ucapnya.

Di sisi lain, TPPAS Lulut Nambo direncakan bisa menampung sampah denga kapasitas 2.300 ton per hari. Namun, saat ini hal tersebut masih dalam kajian tim ahli.

"Untuk memenuhi kapasitas ultimate mencapai 2.300 ton per hari akan dilakukan secara bertahap mengacu kepada FS (studi kelayakan) yang sedang disusun pada anggaran perubahan 2025, dan bekerjasama dengan Tim Ahli ITB," kata Ai.

3. Sudah ada perusahaan yang tertarik beli RDF TPPAS Lulut Nambo

Teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) di Bali. (IDN Times / Ayu Afria)

TPPAS Lulut Nambo sendiri turut menghasilkan RDF (Refuse Derived Fuel), yang merupakan bahan bakar alternatif pengganti batu bara untuk industri semen. Ai mengatakan, nantinya perusahaan Indocement tertarik untuk bekerjasama.

"Kerjasama penjualan dengan Indocement insyaallah dapat dilakukan mulai minggu depan," kata dia.

Editorial Team