Sebelumnya, Kepala SMA Sulthan Baruna, Sarman mengatakan, tes kehamilan itu merupakan program tahunan yang sudah berjalan sejak dua tahun lalu. Program itu dilaksanakan setiap selesai libur semester atau pada tahun ajaran baru.
Bukan tanpa alasan, tes itu terpaksa dilakukan karena pada tiga tahun lalu seorang siswi di sekolah tersebut dinyatakan hamil. Oleh sebab itu, kata dia, program ini dilakukan untuk menghindari kejadian serupa.
"Makanya kami lakukan tes ini untuk memastikan para siswi terhindar dari pergaulan bebas. Selain itu juga kami rutin gelar siraman rohani agar iman mereka kuat," kata Sarman.
Sekolah mengakui, program ini akan menimbulkan pro dan kontra. Meski demikian, ia berdalih program tersebut sebatas untuk mencegah siswi dan siswanya terjerumus dalam pergaulan bebas.
Program ini sendiri didukung oleh Bupati Cianjur Herman Suherman. Ia memandang bahwa kebijakan itu dilakukan untuk mencegah kenakalan remaja.
"Tidak perlu takut kalau memang tidak melakukan kenakalan remaja apalagi sampai hamil. Jalani saja tesnya. Mungkin tujuannya agar ada efek jera, sehingga tidak melakukan kenakalan remaja apapun, terlebih pergaulan bebas," kata Herman.
Meski begitu, Herman juga mengingatkan sekolah untuk mengutamakan pendidikan karakter dan siraman rohani sebelum menjalankan program tersebut.
"Memang seharusnya sebelum melakukan tindakan itu, lebih ke edukasi dulu, kemudian perbanyak pendidikan karakter dan agama. Kalau tidak mempan, baru melakukan tindakan tersebut," ucapnya.