Teror Macan Lagi-lagi Terjadi di Sukabumi, 20 Domba Tewas Diterkam

Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Warga Desa Gandasoli, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dikejutkan dengan serangkaian serangan mematikan yang diduga dilakukan oleh macan. Dalam beberapa hari ke belakang, macan tersebut telah menerkam dan membunuh 20 domba milik para peternak di desa tersebut.
Kejadian serupa juga sebelumnya terjadi Desa Cikarae Thoyyibah, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi pada Agustus 2024. Saat itu dilaporkan ada sepuluh ekor kambing yang diterkam macan.
1. Sebanyak 20 ekor domba mati

Kepala Desa Gandasoli, Ece Kurniawan, mengatakan, ia menerima laporkan ada 20 ekor domba milik warga mati diduga diterkam macan. Peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu satu bulan.
"Sudah sebulan ini warga Desa Gandasoli diresahkan sama hewan buas, khususnya ke ternak warga, banyak warga yang jadi korban ternaknya melapor ke desa. Data terakhir ada 20 ekor (domba yang mati)," kata Ece kepada awak media, Selasa (10/9/2024).
2. Tiga kampung di Desa Gandasoli jadi sasaran macan

Ece mengatakan, laporan pertama hewan ternak yang mati diduga diterkam macan terjadi pada 8 Agustus 2024. Tiga kampung yang jadi sasaran macam yaitu Kampung Cikubang, Cikedok, Cibereum.
"Upaya dari desa sudah kordinasi dengan pihak terkait, kemarin alhamdulillah dari pihak terkait ada ke lokasi. Mungkin mereka meneliti, seperti serangan hewan ini hewan apa," ujarnya.
"Si hewan ternak warga itu semua lukanya ada di leher. Memang kalau Desa Gandasoli itu dikelilingi kawasan perkebunan, Perhutani sama Gunung Halimun Salak," kata Ece.
3. Kesaksian peternak domba

Entir (60 tahun) salah satu peternak asal Kampung Cikedok RT 03/04, Desa Gandasoli menceritakan pengalamannya saat domba miliknya ditemukan tewas diterkam macan. Enam ekor domba miliknya mati tak berdaya dengan luka di bagian leher.
"Kejadiannya (selalu) malam. Banyak bekas terkaman ada di leher (domba), bekas tapak, darah ada, kambing itu luka di lehernya ada bekas gigitan," kata Entir.
Akibat peristiwa itu, ia mengalami kerugian mencapai Rp14 juta. Dia juga berharap pemerintah dapat segera merespons hal tersebut.
"Yang mati dua ekor jantan, empat betina. Kalau yang jantan itu biasa kalau dijual Rp4 jutaan per ekor, kalau betina Rp1,5 juta per ekor. Saya sudah lapor ke desa harapannya gak ada lagi kejadian serupa ke peternak lain," ujarnya.