TPSA Cimenteng Sukabumi (IDN Times/Siti Fatimah)
Dari sisi ekonomi, Herman menyebut bahwa RDF justru memberikan peluang pengelolaan yang layak dan menguntungkan secara finansial. Dengan biaya produksi sekitar Rp200 ribu per ton dan harga beli dari offtaker seperti PT Semen Jawa mencapai Rp300 ribu per ton, daerah masih bisa meraih selisih nilai yang positif.
"Ekonominya bagus. Ada selisih Rp100 ribu per ton, jadi ini layak secara investasi. Maka kami ingin dorong kabupaten/kota lain tiru Sukabumi," ucapnya.
Menurut Herman, kunci keberhasilan pengelolaan RDF ada pada offtaker, atau pihak pembeli bahan bakar hasil olahan sampah. Selama ada pasar yang jelas, maka daerah akan lebih termotivasi untuk berinvestasi dalam pengolahan sampah berkelanjutan.
Lebih jauh, Herman menegaskan bahwa Pemprov Jabar tidak hanya fokus pada pengolahan di hilir, tetapi juga ingin mendorong pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, mulai dari pengurangan timbulan sampah, pemilahan, hingga pemanfaatan energi.
"Dari hulu sampai hilir harus didorong. Transformasi Cimenteng adalah bukti kita bisa. Sekarang tinggal replikasi dan kemauan daerah," tutupnya.