Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Temuan Baru di Situs Cibalay Tambah Jejak Prasejarah Jawa Barat (Dok. IDN Times)
Temuan Baru di Situs Cibalay Tambah Jejak Prasejarah Jawa Barat (Dok. IDN Times)

Intinya sih...

  • Punden berundak berskala besar ditemukan menjelang akhir kegiatan

  • Delineasi budaya dinilai krusial untuk perlindungan situs

  • Kolaborasi lintas sektor dorong riset dan edukasi berkelanjutan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bogor, IDN Times — Upaya pelestarian warisan budaya kembali mencatat capaian penting di Jawa Barat. Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Barat berhasil mengungkap temuan baru berupa struktur punden berundak di kawasan Situs Cibalay, Desa Tapos I, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, yang berada di dalam area Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Temuan ini menjadi bagian dari kegiatan delineasi dan inventarisasi potensi cagar budaya yang berlangsung selama dua pekan, sejak 24 November hingga 5 Desember 2025. Kegiatan tersebut melibatkan kolaborasi lintas sektor, mulai dari tim arkeologi, pemetaan geodesi, dokumentasi visual, akademisi, pemerintah daerah, hingga masyarakat setempat.

Proses pendataan dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan potensi budaya yang ada dapat terdokumentasi dengan baik. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan memperjelas batas kawasan budaya agar pengelolaan dan perlindungannya dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Keberadaan Situs Cibalay sendiri telah lama dikenal sebagai kawasan pemujaan leluhur yang merepresentasikan tradisi megalitik Nusantara. Temuan terbaru ini semakin memperkaya pemahaman tentang praktik budaya masyarakat prasejarah di wilayah Jawa Barat.

1. Punden berundak berskala besar ditemukan menjelang akhir kegiatan

Temuan Baru di Situs Cibalay Tambah Jejak Prasejarah Jawa Barat (Dok. IDN Times)

Salah satu temuan paling menonjol dari kegiatan ini adalah struktur punden berundak berskala besar dengan sedikitnya tujuh hingga sepuluh teras dan tinggi mencapai sekitar 20 meter. Struktur tersebut menunjukkan adanya modifikasi kontur alam yang dilakukan secara sistematis oleh masyarakat prasejarah.

Ketua Tim Delineasi, Lia Nuri Rahmawati, menyebut temuan ini sebagai kejutan bagi tim karena baru teridentifikasi menjelang akhir kegiatan. “Temuan ini menjadi kejutan besar bagi tim, terutama karena ditemukan menjelang akhir kegiatan. Struktur punden berundak ini menunjukkan adanya modifikasi kontur alam yang sangat jelas, mencerminkan praktik ritual masyarakat prasejarah,” ujarnya.

Keberadaan punden berundak ini memperkuat posisi Situs Cibalay sebagai salah satu kawasan penting dalam tradisi megalitik Nusantara. Secara historis, punden berundak juga dipandang sebagai bentuk arsitektur sakral tertua yang kelak memengaruhi perkembangan bangunan candi pada masa Hindu-Buddha.

2. Delineasi budaya dinilai krusial untuk perlindungan situs

Temuan Baru di Situs Cibalay Tambah Jejak Prasejarah Jawa Barat (Dok. IDN Times)

Kepala Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat, Retno Raswaty, menegaskan bahwa kegiatan delineasi memiliki peran strategis dalam upaya perlindungan dan pengelolaan cagar budaya, terutama karena kawasan Cibalay masuk dalam rencana pengembangan geopark Kabupaten Bogor.

“Delineasi diperlukan untuk memperjelas batas budaya, menentukan zona perlindungan, serta memastikan pemanfaatan situs sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Sinergi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini,” jelas Retno.

Ia menambahkan, sinergi tersebut dikoordinasikan oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dengan melibatkan Kementerian Kehutanan, mengingat banyak situs budaya berada di kawasan hutan konservasi. Melalui pendekatan terpadu, pelestarian budaya dan konservasi lingkungan diharapkan dapat berjalan beriringan.

3. Kolaborasi lintas sektor dorong riset dan edukasi berkelanjutan

Temuan Baru di Situs Cibalay Tambah Jejak Prasejarah Jawa Barat (Dok. IDN Times)

Selain menghasilkan pembaruan data dan peta batas budaya, kegiatan ini juga berfungsi sebagai sarana peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Mahasiswa dari bidang arkeologi dan teknik geodesi turut dilibatkan untuk menerapkan pengetahuan akademik langsung di lapangan.

Menurut Retno Raswaty, pendekatan kolaboratif ini diharapkan menjadi model pelestarian cagar budaya ke depan. “Sinergi lintas sektor ini diharapkan dapat menjadi contoh pengelolaan cagar budaya yang berkelanjutan, dengan melibatkan pemerintah, akademisi, dan masyarakat secara aktif,” ujarnya.

Hasil akhir kegiatan delineasi ini berupa peta rekomendasi batas kawasan budaya yang akan menjadi rujukan pengelolaan zona budaya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Temuan-temuan baru di Situs Cibalay juga membuka peluang penelitian lanjutan untuk mengungkap lebih dalam sejarah, fungsi, dan nilai budaya kawasan tersebut bagi generasi mendatang.

Editorial Team