Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Oleh karena itu, Rochady meminta agar pemerintah kabupaten dan kota bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menekan kasus, salah satunya dengan mengajak para warga yang positif untuk berobat dan meminum obat dengan patuh.
"Kabupaten dan kota harus bisa temukan, kemudian diobati. Itu menggunakan test and treat. Dinkes kabupaten dan kota harus bisa bekerja sama apakah itu kepala desa RT dan RW serta lainnya. Bisa kerja sama menggiring orang yang tidak mau minum jadi mau minum obat," tuturnya.
Di sisi lain, pasien yang mengalami penyakit ini harus bisa terbuka dan melakukan tindakan dengan mengisolasi diri hingga sembuh. Hal itu agar tidak membuat terjadinya penularan ke warga lainnya.
"Pasien terbuka saja dan mulai berobat, nanti ketika pasien takut dikucilkan, tapi ketika menularkan penyakit bahaya dan itu tidak adil buat orang sekitar. Dia harus sadar ketika menularkan harusnya menahan dengan isolasi selama pengobatan," tuturnya.
Disinggung mengenai vaksin TBC M72/AS01E yang didanai Bill Gates Foundation di Indonesia, Rochady menjelaskan, untuk relawan di Jawa Barat masih belum ada informasi dari pemerintah pusat. Namun, dia memastikan vaksin ini sudah memiliki uji klinis.
Selain itu, vaksin TBC saat ini usianya sudah hampir ratusan tahun , dan saat itu pasiennya baru sensitif obat, belum ada TBC RO. Sehingga perlu ada perbandingan apakah vaksin sekarang ini bisa lebih efektif atau tidak.
"Vaksin terbaru dimunculkan ini adalah untuk membandingkan apakah vaksin yang diberikan oleh Bill Gates ini lebih efektif dibandingkan dengan yang lama? Kalau lebih efektif karena ada mutasi kuman, kita berubah, jadi pake yang terbaru. Kalau sama sama-sama efektif atau tidak efektif, ngapain yang baru? Pakai saja yang lama," katanya.