Wakil Gubernur Jabar Erwan Setiawan (Humas/Pemprov Jabar)
Sementara itu pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Pius Sugeng Prasetyo mengatakan, peristiwa sentilan ini seharusnya ditempatkan dalam kerangka komunikasi antar pemangku jabatan publik. Pius menyayangkan apabila bentuk komunikasi yang muncul justru lebih menyerupai 'sentilan' di ruang publik.
"Prinsipnya, ada tata cara yang pasti sudah dimiliki dan seharusnya ditaati oleh setiap pejabat publik," ujar Pius, dikutip Sabtu (21/6/2025).
Menurutnya, hubungan atau komunikasi antara pejabat seharusnya dibangun lewat cara yang elegan dan berorientasi pada kerja sama, bukan konflik terbuka. Dia menilai langkah yang disampaikan Erwan itu belum tepat.
"Bahwa sebaiknya dibangun komunikasi yang elegan, dalam arti disesuaikan dengan konteks hubungan antar-pejabat, dan diorientasikan untuk membangun sinergi," ungkapnya.
Adapun sentilan Wagub Erwan kepada Sekda Herman ini disampaikan langsung dalam kegiatan formal, di mana saat itu terdapat perwakilan fraksi untuk menyampaikan pandangan-pandangannya.
"Dan juga sekalian tanyakeun kamana wae (tanyain ke mana saja) Sekda gitu," kata Erwan disambut tepuk tangan anggota DPRD yang menghadiri rapat paripurna.
"Selama saya paripurna mewakili Pak Gubernur belum pernah saudara Sekda hadir dan sekarang pun di kantor gak pernah ada. Covq tanyakan yang terhormat anggota DPRD, terima kasih," ujar Erwan.
Menanggapi hal itu, Herman menyampaikan permohonan maaf dan menjelaskan ketidakhadirannya karena sedang menjalankan tugas dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
"Hatur uninga, patali jadwal Pak Gubernur sareng disposisi beliau tiasa ditingal di update protokol. (Dikarenakan bentrok dengan jadwal pak gubernur dan disposisi beliau, bisa dilihat dilihat di update protokol)," ujar dia, mengonfirmasi.